Osteoporosis: The Silent Epidemic Disease, Menyerang Diam-Diam dan Tanpa Tanda Khusus
Selama ini osteoporosis identik dengan orang tua. Faktanya, pengeroposan tulang dapat menyerang siapa saja, termasuk mereka yang berusia muda. Penelitian International Osteoporosis Foundation (IOF) mengungkapkan, satu dari empat wanita Indonesia dengan rentang usia 50–80 tahun memiliki risiko osteoporosis. Dan, risiko wanita empat kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Data yang dimiliki Rumah Sakit Orthopedi & traumatology Surabaya pada rentang waktu tahun 2012-2016, setidaknya terdapat 28.846 pasien osteoporosis yang ditangani. Dari jumlah tersebut hanya 3 persen yang datang dengan keluhan sementara sisanya terdeteksi osteoporosis pada saat dilakukan pemeriksaan.
Salah satu penyebab tingginya risiko osteoporosis di Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup masyarakat yang pada tahun 2005 mencapai 67,68 tahun, yang tidak diimbangi dengan tingkat pengetahuan masyarakat mengenai cara pencegahan osteoporosis yang masih rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya konsumsi kalsium rata-rata masyarakat Indonesia, yaitu sebesar 254 mg/hari atau hanya seperempat dari standar internasional, yaitu sebesar 1000-1200 mg/hari untuk orang dewasa.
APA ITU OSTEOPOROSIS?
Osteoporosis adalah kondisi berkurangnya massa tulang dan gangguan struktur tulang (perubahan mikroarsitektur jaringan tulang), sehingga menyebabkan tulang menjadi mudah patah.
Massa tulang manusia dipengaruhi oleh faktor genetik dengan kontribusi dari nutrisi, keadaan endokrin, aktivitas fisik, dan kondisi kesehatan saat masa pertumbuhan. Proses pembentukan tulang dengan memelihara kesehatan tulang dapat dikategorikan sebagai program pencegahan, yang secara kontinyu mengganti tulang yang lama dengan tulang yang baru.
Kehilangan massa tulang terjadi saat keseimbangan proses pembentukan tulang terganggu, sehingga resorpsi tulang lebih banyak dari pembentukan tulang baru. Ketidakseimbangan ini biasanya terjadi pada orang lanjut usia dan pada wanita yang mengalami menopause. Kehilangan massa tulang dapat mengubah mikro-arsitek jaringan tulang dan meningkatkan risiko fraktur tulang (National Osteoporosis Foundation, 2014)
PENYEBAB OSTEOPOROSIS
Usia, jenis kelamin, dan ras merupakan faktor penentu utama dari massa tulang dan risiko patah tulang. Osteoporosis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih banyak terjadi pada orang lanjut usia.
Selama masa anak-anak dan dewasa muda, pembentukan tulang jauh lebih cepat dibandingkan dengan kerusakan tulang. Titik puncak massa tulang (peak bone mass) tercapai pada usia sekitar 30 tahun, dan setelah itu mekanisme resorpsi tulang menjadi jauh lebih cepat dibandingkan dengan pembentukan tulang. Penurunan massa tulang yang cepat akan menyebabkan kerusakan pada mikroarsitektur tulang khususnya pada tulang trabekular.
GEJALA
Penyakit osteoporosis dijuluki sebagai Silent Epidemic Disease, karena menyerang secara diam-diam, tanpa adanya tanda-tanda khusus, sampai terjadi patah tulang. osteoporosis juga dapat terjadi pada anak-anak yang disebut Juvenile Idiopathic osteoporosis namun belum diketahui.
FAKTOR-FAKTOR RISIKO
Faktor risiko seseorang untuk mengalami osteoporis yang tidak dapat diubah antara lain usia, jenis kelamin (wanita lebih berisiko mengidap osteoporosis lebih besar dibandingkan pria), riwayat keluarga, ganguan hormonal dan ras.
Faktor risiko osteoporosis yang dapat diubah seperti imobilitas yang terlalu tinggi, postur yang terlalu kurus, kebiasaan yang selalu mengkonsumsi alkohol, asupan gizi yang telalu rendah, penggunaan obat kortikosteroid terlalu lama.
PENCEGAHAN
Osteoporosis sebenarnya dapat dicegah sejak dini dengan membudayakan perilaku hidup sehat, yaitu mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya serat, rendah lemak dan kaya kalsium (1000-1200 mg kalsium per hari), berolahraga secara teratur, tidak merokok, dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.