#sahabatortho , yuk ikuti Online Talk & Discussion dengan topik ” Bagaimana Mencegah dan Mengatasi Patah Tulang di Masa Pandemi ?” bersama narasumber Dr. Komang Agung, dr., Sp.OT (K) dan dr. Tanjung A. Sangkai, Sp.OT. Dengan moderator dr. Henry R. Handoyo, Sp.OT, M. Biomed. .
Jumat, 29 Mei 2020
Pk. 10.00 WIB
Live Zoom Meeting
Permasalahan sendi, baik dilutut, bahu, dan beberapa lokasi sendi lainnya, dapat ditangani dengan teknik arthroscopy yang mempunyai banyak keunggulan, yaitu hasil yang maksimal, luka sayatan yang sangat kecil (hanya sebesar ujung bolpen), dan proses recovery-nya sangat cepat.
arthroscopy bahuarthroscopy lutut
Siapapun yang mengalami permasalahan sendi, tentu menginginkan penanganan terbaik. Jika pun harus dilakukan pembedahan, pasti banyak yang berharap proses operasi dapat dilakukan dengan cepat, efektif, dan rasa sakit atau nyeri pada saat atau pasca pembedahan dapat ditekan seminimal mungkin.
Untuk itu dunia
kedokteran orthopedi, mengenal teknik arthroscopy.
Secara harfiah, arthros dapat
diartikan sebagai sendi, sementara copy adalah
melihat atau mengamati, sehingga arthroscopy
dapat diartikan sebagai proses melihat kedalam sendi dengan menggunakan
alat khusus.
Arthroscopy dilakukan dengan teknik minimal invasive, yaitu membuat luka
atau sayatan yang sangat kecil, sekitar 1 cm atau sekitar sebesar ujung bolpen.
Sayatan yang dibuat minimal dua. ”kalau dipergelangan, sayatan yang dibuat bisa
lebih kecil, hanya 0,5 cm. Arthroscopy dilakukan
dengan membuat minimal dua sayatan, satu untuk endoscopic kamera, dan satu lagi alat untuk mengerjakan diagnosis,”
terang dr. Their Effendi, Sp. OT.
Arthoscopy memiliki dua fungsi sekaligus, yakni diagnosa permasalahan sendi, dan melakukan penanganan sekaligus. Terkadang, pada permasalahan sendi, terdapat hal-hal yang tidak dapat terdeteksi dengan alat diagnostic lainnya seperti X-Ray atau USG. Dengan menggunakan teknik arthroscopy dimana menggunakan kamera yang dimasukkan dan mampu menjangkau sendi, masalah yang terjadi dalam sendi dapat terlihat melalui monitor.
Setelah
diketahui masalah di dalam sendi, proses arthroscopy
biasanya langsung dilanjutkan dengan dilakukan penanganan. Jika sudah ada
diagnosa untuk dilakukan tindakan arthroscopy,
maka tindakan tersebut akan dilakukan dengan membuat sayatan kecil tanpa
harus dilakukan open surgery. “ujar
dr. Their. “Tapi ada kalanya, arthroscopy
dilakukan hanya untuk mengambil sampel dalam sendi. Misalnya ketika pasien
dicurigai ada infeksi atau tumor, maka dokter akan mengambil sampelnya kemudian
dicek terlebih dahulu patologinya. Biasanya terdapat dua tahap, namun jika
tidak terlihat kecurigaan adanya infeksi atau tumor, maka rata-rata dapat
dilakukan dalam satu tahap bersamaan.”
Sendi yang
paling sering didiagnosa dan ditangani dengan teknik arthroscopy ini adalah sendi lutut dan disusul dengan sendi bahu. Saat
ini, sudah berkembang lagi pada diagnosa dan penanganan keluhan pada sendi
pergelangan tangan dan pergelangan kaki atau ankle. ”Sendi pinggul juga bisa, tapi cukup sulit karena letaknya
yang sangat dalam, tergantung dari lemak atau otot setiap orang, “ungkapnya.
“Di Indonesia, arthroscopy untuk
sendi pinggul belum terlalu berkembang. Tapi di Jepang, Korea, Eropa, dan
Amerika sudah ada yang mendalami.”
KEUNGGULAN
Teknik arthroscopy memiliki banyak keunggulan
dikarenakan luka yang kecil atau minimal
invasive, proses penyembuhannya menjadi lebih cepat. Secara kosmetik atau
bekas luka pasca operasi akan terlihat lebih baik. “Yang ketiga, dan paling
penting adalah efektifitasnya. Bagi kami, para doketr, arthroscopy juga lebih mudah karena bisa menjangkau tempat-tempat
yang tidak mungkin bisa terjangkau dengan tindakan open syrgery. Proses operasinya pun juga tergolong cukup singkat.
Namun, juga tergantung pada operator atau dokter yang melakukannya, “terang dr.
Theri.
Dokter-dokter
yang dapat melakukan arthroscopy biasanya
merupakan dokter-dokter dengan kualifikasi sport
injury specialistic mengingat masalah sendi sangat sering terjadi pada
atlet atau masyarakat dengan tingkat instensitas olahraga yang cukup tinggi.
Eperti learning curve, semakin banyak kasus
yang ditangani seorang dokter, maka semakin cepat waktu yang diperlukan dalam
melakukan tindakan rekontruksi ACL (Anterior
Cruciate Ligamen) bisa dilakukan dalam waktu ± 60 menit. Jika tindakan
dilakukan diarea bahu memerlukan waktu lebih lama. Karena sendi didalam bahu
terdiri dari ball and socket sehingga
lebih rumit. Didalam sendi bahu terdapat bola dan mangkuk sehingga gerakannya
hanya menekuk dan lurus, “ujarnya. “Saat melakukan arthroscopy, pasien biasanya akan dibius regional, tapi khusus untuk
bahu, terpaksa masih harus dibius block atau
total.”
Menurut dr.
Theri, metode arthroscopy dapat
diaplikasikan pada semua orang yang mengalami masalah sendi pada grade awal. Jika yang memiliki
permasalahan sendi dalam derajat yang cukup berat maka tindaan yang harus
dilakukan bukan lagi arthroscopy, melainkan
harus ganti sendi, “terangnya.
Yang juga dapat
menjadi catatan, arthroscopy adalah
metode yang dilakukan dengan menggunakan alat khusus berbentuk semacam satu tower da terdiri dari beberapa item, seperti
monitor, light source, dan mesin
pembersihan atau pengairan, sehingga diperlukan kepabilitas dalam
pengoperasiannya dimana RSOT sudah mempunyai alat ini dengan tenaga medis yang
sudah terlatih.
Tak kalah penting dengan tahapan medis lainnya, proses rehabilitasi dan fisioterapi juga memiliki peranan yang sangat penting dalam penanganan maupun pencegahan cedera olahraga.
SECARA umum,
olahraga dapat dibagi menjadi dua antara lain Olahraga prestasi dan olahraga
rekreasional. Keduanya memiliki potensi cedera atau trauma, baik cedera ringan,
sedang, maupun berat.
Setiap cedera olahraga memiliki perbedaan dalam hal penanganan, berkaitan dengan tujuan akhirnya. Pada olahraga rekreasional, tujuan akhir Rehabilitasi Medik adalah untuk menghantarkan pasien dapat berolahraga kembali, sementara untuk olahraga prestasi yakni para atlet, fisioterapi dilakukan hingga atlet tersebut dapat berprestasi kembali. Untuk para atlet, penanganan yang dilakukan relatif lebih panjang dan mendalam, karena berkaitan dengan reflek, kekuatan otot, sensor, dan lainnya.
Rehabilitasi
medik merupakan elemen penting yang tidak dapat dipisahkan dari penanganan
cedera, termasuk cedera olahraga. Pada cedera sedang dan berat yang memerlukan
tindakan medis seperti operasi, sudah masuk pada masa pra-tindakan. Untuk
cedera lutut yang sudah cukup lama dan otot pahanya habis, misalnya, hasil
operasi akan jauh lebih bagus jika sebelumnya telah dilakukan rehabilitasi untuk
memperbaiki otot tersebut.
Program
Rehabilitasi Medik pada masa pra-tindakan juga menjadi sangat krusial,
karena sebelum tindakan, akan dilakukan edukasi mengenai hal-hal apa saja yang
boleh dan tidak boleh dilakukan pada hari-hari awal pasca operasi. Pasca operasi,
proses rehabilitasi akan konsentrasi pada penanganan nyeri, bengkak,
pengembalian kekuatan, dan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan mobilisasi. Jika sudah maka kita akan melatih motorik, sensor, dan
lainnya. Terakhir jika ingin
kembali berolahraga,
maka kita akan melatih
otot-otot yang berkaitan dengan olahraga yang akan dilakukan.
Hal-hal tersebut di atas, merupakan aplikasi dari tahapan-tahapan pemulihan cedera olahraga seperti mengatasi Cedera tanpa dilakukannya tindakan operasi, pemulihan, dan return to sport. Untuk return to sport, tergantung dari kondisi pasien apakah bisa berolahraga kembali, bisa berprestasi atau berkompetisi lagi.
SURABAYA ORTHOPEDIC OSTEOPOROSIS CLUB RS. Orthopedi dan Traumatologi Surabaya
Banyak orang tidak menyadari jika osteoporosis atau penyakit keropos tulang adalah silent killer karena osteoporosis hampir tidak menimbulkan gejala yang jelas. Sering kali osteoporosis diketahui ketika sudah parah hingga terjadipatah tulang.
Osteoporosis merupakan kondisi
dimana terjadinya
penurunan kepadatan tulang yang terjadi secara
progresif (terus
menerus) sehingga tulang menjadi rapuh yang pada akhirnya mudah retak atau patah. Bagian tulang yang sering mengalami retak atau
patah diantaranya tulang
belakang,
panggul, kaki, dan pergelangan lengan. Osteoporosis juga bisa berpotensi
menimbulkan cacat permanen dan bahkan kematian karena patah tulang. Penyakit ini disebut juga sebagai ”Silent Disease” karena
penderita
tidak merasakan adanya tanda-tanda atau gejala timbul.
RS Orthopedi & Traumatologi
Surabaya dalam
6 tahun terakhir, mencatat
lebih dari 35 ribu pasien
yang datang karena osteoporosis dengan rata-rata berusia 50 s/d 80 tahun dan hanya
13%
datang dengan keluhan patah tulang, selebihnya
diketahui pada saat melakukan
pemeriksaan. Peningkatan
pasien osteoporosis di RS Orthopedi & Traumatologi Surabaya berkisar
antara
10% s/d 11% tiap
tahun, maka menggerakkan RS
Orthopedi
& Traumatologi Surabaya
untuk membentuk
Surabaya
Orthopedic Osteoporosis Clubyang bertujuan untuk memberikan edukasi tentang osteoporosis kepada masyarakat di wilayah Surabaya khususnya para
wanita atau pria yang berusia diatas 35 tahun
untuk mengajak hidup bebas
osteoporosis, menjadikan diri lebih sehat dan bugar di hari tua dengan
melakukan senam rutin osteoporosis.
Kegiatan senam osteoporosis
Keuntungan
yang didapat oleh para peserta Surabaya Orthopedic Osteoporosis Club selain
melalukan kegiatan senam rutin osteoporosis, para anggota osteoporosis club
juga akan mendapatkan:
Pemeriksaan fisik seperti tensi darah, berat badan, tinggi badan, dan skrining osteoporosis dengan menggunakan metode FRAX (khusus untuk usia diatas 40 tahun)
Mendapatkan tips makanan sehat baik untuk pencegahan dan penderita osteoporosis yang diberikan setiap minggu oleh Ahli Gizi RSOT
Mendapatkan makanan sehat beserta informasi gizi yang disampaikan oleh Ahli Gizi RSOT setiap satu bulan sekali
Mendapatkan GIFT VOUCHER untuk 1 kali FREE konsultasi dengan dokter spesialis orthopedi dan traumatology
Mendapatkan GIFT VOUCHER potongan 20% untuk pemeriksaan laboratorium osteoporosis
Mendapatkan GIFT Voucher menarik lainnya
Mendapatkan edukasi kesehatan baik secara langsung maupun melalui seminar
Mendapatkan manfaat menarik lainnya apabila mengikuti program senam secara rutin.
Panitia dan para anggota SOOC
Informasi & pendafataran
Customer Care RS Orthopedi & Traumatologi Surabaya
Emerald Mansion TX-10 Citraland Surabaya
031 57431574/081336621957
Alat diagnostic radiologi CR Long Length Imaging System yang dapat menghasilkan gambar dari tulang belakang mulai dari tulang leher sampai dengan tulang ekor akan tergambar secara utuh (tidak terpotong-potong) dalam 1 film X-Ray, hanya dengan satu kali penyinaran (expose), sehingga paparan radiasi yang diterima pasien jauh lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan peralatan X-Ray konvensional. Pemeriksaan yang menggunakan Long Length Imaging System diantaranya adalah pemeriksaan Scoliosis View dan Scanogram View, yaitu:
Scoliosis View adalah sebuah teknik pemeriksaan radiologi dari tulang leher sampai tulang ekor yang menunjukkan kelainan pada rangka tubuh dan memperlihatkan kelengkungan pada tulang belakang (skoliosis)
Scanogram View adalah sebuah teknik pemeriksaan radiologi dari tulang pinggul sampai pergelangan kaki yang memperlihatkan kelainan pada kaki, biasanya penderita menderita kaki yang tinggi sebelah dan kaki yang berbentuk “O” atau mengalami kelengkungan pada kaki.
Keguanaan atau manfaat Long Length Imaging System antara lain:
Merupakan penunjang diagnosis untuk pemeriksaan tulang belakang yang memiliki akurasi yang baik karena menghasilkan image full spine dengan kualitas detail yang sangat tinggi dan komprehensif
Pengukuran sudut kemiringan/kelengkungan tulang belakang (cobb angle melalui program Computer Radiologi (CR) sehingga ketepatan dan keakuratannya sangat terjamin
Skoliosis atau rotary skoliosis pada pasien yang tinggi besar dapat diambil gambarnya dalam satu film pada satu posisi
Paparan radiasi yang diterima jauh lebih kecil dibandingkan dengan foto X-Ray biasa dan menghemat waktu.
Informasi Pelayanan Hubungi Customer Care RS Orthopedi & Traumatologi Surabaya Emerald Mansion TX-10 itraland Surabaya 031.57431229/ 081337873131
Dispilin ilmu radiologi adalah “saudara dekat” bagi banyak disiplin ilmu kedokteran lainnya, termasuk kedokteran tulang, sendi, dan jaringan di sekitarnya. Dengan bantuan teknologi radiologi terkini seperti yang ada di Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi (RSOT) Surabaya, dokter dapat membuat diagnosa terhadap penyakit dengan lebih tepat, sehingga penanganannya pun dapat dilakukan dengan lebih efektif.
Salah satu masalah yang berhubungan dengan tulang, sendi,
dan jaringan sekitarnya yang banyak diderita masyarakat adalah gangguan muskuloskeletal,
yakni sebuah kondisi yang mengganggu fungsi sendi, ligamen, otot, saraf dan
tendon, serta tulang belakang.
Pada penanganannya, dokter memerlukan
pemeriksaan penunjang untuk memastikan kondisi pasien sehingga dapat
melakukan diagnosa dan penanganan yang tepat.
Pada konteks inilah radiologi memegang peranan penting,
dimana terdapat berbagai teknologi radiologi yang dapat diterapkan untuk
memeriksa lebih detail
mengenai kondisi sendi, ligamen, otot, saraf, tendon, serta tulang belakang. “Pasien dengan
nyeri bahu, misalnya. Dengan kasat mata, dokter tidak bisa tahu apakah itu
robek atau radang saja. Nah di situlah pentingnya pemeriksaan radiologi, mulai
dari rontgen, USG, CT Scan, hingga MRI,” ujar dr. Rosy Setiawati, Sp. Rad (K). “Memang tidak semua
pasien dengan keluhan muskuloskeletal harus dilakukan pemeriksaan radiologi,
karena setiap kasus memiliki indikasinya masing-masing, dan dokter memiliki
pengalaman pemeriksaan. Tetapi
pemeriksaan ini banyak digunakan untuk memastikan penyebab keluhan.”
Lebih lanjut dr. Rosy menuturkan, ada beberapa tingkatan
pemeriksaan radiologi yang bisa dilakukan untuk membantu diagnosa pada keluhan
muskuloskeletal. Salah satunya yang merupakan pemeriksaan standar adalah
pemeriksaan rontgen. “Muskuloskeletal
itu berkaitan dengan tulang, jadi tulangnya harus dipastikan baik-baik saja
terlebih dahulu. Jika tidak apa-apa
tapi masih bengkak, misalnya, harus cari tahu lagi dengan alat lain, ultrasound,
CT Scan, MRI, hingga ditemukan masalahnya,” terang dr. Rosy.
Menurut dr. Rosy, memang terdapat banyak pemeriksaan
radiologi yang bisa dilakukan berkaitan dengan masalah muskuloskeletal. Selain
rontgen, salah satu alat yang bisa dipakai adalah ultrasonografi atau biasa
disingkat dengan USG.
Teknik pemeriksaan USG memang bukan teknologi baru.
Namun, seiring dengan perkembangannya, USG kini tidak hanya digunakan untuk melihat kondisi rahim pada
ibu hamil atau organ-organ lainnya di dalam perut, tetapi juga dapat
digunakan untuk memeriksa struktur jaringan yang berada di permukaan.
“Jadi USG
yang bekerja dengan gelombang suara ini sekarang bukan hanya untuk ibu hamil
saja. Tetapi yang
berkaitan dengan tulang, otot, atau yang berhubungan dengan muskuloskeletal.
Akurasinya cukup tinggi,” jelasnya. “Harga pemeriksaannya juga terjangkau, dan tidak
memakan waktu lama, serta nilai diagnostiknya tinggi. Untuk rumah sakit pun
menguntungkan, karena tidak perlu
ruangan besar, bahkan sekarang monitornya bisa menggunakan layar handphone.”
dr. Rosy tidak menampik bahwa USG juga memiliki kelemahan,
terutama untuk pemeriksaan pada bagian atau struktur jaringan yang dalam. Untuk
itu, radiologi punya banyak pilihan,
tergantung dengan kasus atau diagnosa awal dari dokter yang menangani.
“Ada
tingkatannya, bisa
cukup hanya dengan rontgen,
USG, atau perlu CT Scan, MRI. Jadi kalau diperiksa dengan USG tidak tampak ada
masalah, belum tentu memang tidak ada masalah. Jadi peran radiologi ini sangat
penting dalam penentuan diagnosa dan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan
oleh dokter,” ujarnya.
Dokter yang fellowship khusus di muskuloskeletal di Singapura dan Italia ini juga menekankan pentingnya tenaga ahli dalam penerapan pemeriksaan radiologi. “Selain alat yang lengkap dan teknologi terkini seperti yang ada di RSOT, tenaga ahli juga sangat penting. Jadi bagaimana bidang radiologi yang penuh dengan teknologi alat ini dapat dioperasikan oleh ahlinya, sehingga menghasilkan diagnosa yang tepat,” tutupnya.