Dapatkan saldo OVO total 500.000 untuk 5 pemenang dengan cara:
1. Follow instagram @rsotsurabaya dan like postingan ini
2. Repost postingan ini di instagram story kalian, tag @rsotsurabaya
3. Jawab KUISnya di kolom komentar, tag temanmu sebanyak-banyaknya dan instagram @rsotsurabaya jangan lupa hashtag #rsotsurabayagiveaway
Periode give away: 7 – 17 Desember 2020
Pengumuman : 22 Desember 2020
Pada masa pandemi sekarang ini, tanpa disadari gaya hidup menjadi berubah seperti belajar dan bekerja dari rumah sehingga membuat kita kurang aktif / bergerak karena jarang melakukan aktivitas fisik, sehingga tubuh tidak bugar atau karena banyak duduk dengan posisi yang salah akan mengakibatkan tubuh terasa nyeri.
Nyeri merupakan gejala paling umum dari sebagian besar gangguan muskuloskeletal,
akibat kurang gerak maka sendi menjadi kaku, otot menjadi atrofik / memendek dan tulang lebih cepat keropos.
Bagaimana cara mencegah dan mengobati nyeri tulang dan sendi pada masa pandemi ini ?
Kita bahas bersama narasumber :
Dr. dr. Komang Agung, Sp.OT (K) Spine FICS dan dr. Theri Effendi, Sp.OT (K) HAND
dari RS. Orthopedi & traumatologi Surabaya
Di radio Suara Surabaya FM.
Hari, tanggal : Sabtu, 24 Oktober 2020
Pukul: 15.00 WIB
Catat tanggal dan jamnya ya agar tidak terlewatkan.
#sahabatortho , yuk ikuti Online Talk & Discussion dengan topik ” Bagaimana Mencegah dan Mengatasi Patah Tulang di Masa Pandemi ?” bersama narasumber Dr. Komang Agung, dr., Sp.OT (K) dan dr. Tanjung A. Sangkai, Sp.OT. Dengan moderator dr. Henry R. Handoyo, Sp.OT, M. Biomed. .
Jumat, 29 Mei 2020
Pk. 10.00 WIB
Live Zoom Meeting
Permasalahan sendi, baik dilutut, bahu, dan beberapa lokasi sendi lainnya, dapat ditangani dengan teknik arthroscopy yang mempunyai banyak keunggulan, yaitu hasil yang maksimal, luka sayatan yang sangat kecil (hanya sebesar ujung bolpen), dan proses recovery-nya sangat cepat.
arthroscopy bahuarthroscopy lutut
Siapapun yang mengalami permasalahan sendi, tentu menginginkan penanganan terbaik. Jika pun harus dilakukan pembedahan, pasti banyak yang berharap proses operasi dapat dilakukan dengan cepat, efektif, dan rasa sakit atau nyeri pada saat atau pasca pembedahan dapat ditekan seminimal mungkin.
Untuk itu dunia
kedokteran orthopedi, mengenal teknik arthroscopy.
Secara harfiah, arthros dapat
diartikan sebagai sendi, sementara copy adalah
melihat atau mengamati, sehingga arthroscopy
dapat diartikan sebagai proses melihat kedalam sendi dengan menggunakan
alat khusus.
Arthroscopy dilakukan dengan teknik minimal invasive, yaitu membuat luka
atau sayatan yang sangat kecil, sekitar 1 cm atau sekitar sebesar ujung bolpen.
Sayatan yang dibuat minimal dua. ”kalau dipergelangan, sayatan yang dibuat bisa
lebih kecil, hanya 0,5 cm. Arthroscopy dilakukan
dengan membuat minimal dua sayatan, satu untuk endoscopic kamera, dan satu lagi alat untuk mengerjakan diagnosis,”
terang dr. Their Effendi, Sp. OT.
Arthoscopy memiliki dua fungsi sekaligus, yakni diagnosa permasalahan sendi, dan melakukan penanganan sekaligus. Terkadang, pada permasalahan sendi, terdapat hal-hal yang tidak dapat terdeteksi dengan alat diagnostic lainnya seperti X-Ray atau USG. Dengan menggunakan teknik arthroscopy dimana menggunakan kamera yang dimasukkan dan mampu menjangkau sendi, masalah yang terjadi dalam sendi dapat terlihat melalui monitor.
Setelah
diketahui masalah di dalam sendi, proses arthroscopy
biasanya langsung dilanjutkan dengan dilakukan penanganan. Jika sudah ada
diagnosa untuk dilakukan tindakan arthroscopy,
maka tindakan tersebut akan dilakukan dengan membuat sayatan kecil tanpa
harus dilakukan open surgery. “ujar
dr. Their. “Tapi ada kalanya, arthroscopy
dilakukan hanya untuk mengambil sampel dalam sendi. Misalnya ketika pasien
dicurigai ada infeksi atau tumor, maka dokter akan mengambil sampelnya kemudian
dicek terlebih dahulu patologinya. Biasanya terdapat dua tahap, namun jika
tidak terlihat kecurigaan adanya infeksi atau tumor, maka rata-rata dapat
dilakukan dalam satu tahap bersamaan.”
Sendi yang
paling sering didiagnosa dan ditangani dengan teknik arthroscopy ini adalah sendi lutut dan disusul dengan sendi bahu. Saat
ini, sudah berkembang lagi pada diagnosa dan penanganan keluhan pada sendi
pergelangan tangan dan pergelangan kaki atau ankle. ”Sendi pinggul juga bisa, tapi cukup sulit karena letaknya
yang sangat dalam, tergantung dari lemak atau otot setiap orang, “ungkapnya.
“Di Indonesia, arthroscopy untuk
sendi pinggul belum terlalu berkembang. Tapi di Jepang, Korea, Eropa, dan
Amerika sudah ada yang mendalami.”
KEUNGGULAN
Teknik arthroscopy memiliki banyak keunggulan
dikarenakan luka yang kecil atau minimal
invasive, proses penyembuhannya menjadi lebih cepat. Secara kosmetik atau
bekas luka pasca operasi akan terlihat lebih baik. “Yang ketiga, dan paling
penting adalah efektifitasnya. Bagi kami, para doketr, arthroscopy juga lebih mudah karena bisa menjangkau tempat-tempat
yang tidak mungkin bisa terjangkau dengan tindakan open syrgery. Proses operasinya pun juga tergolong cukup singkat.
Namun, juga tergantung pada operator atau dokter yang melakukannya, “terang dr.
Theri.
Dokter-dokter
yang dapat melakukan arthroscopy biasanya
merupakan dokter-dokter dengan kualifikasi sport
injury specialistic mengingat masalah sendi sangat sering terjadi pada
atlet atau masyarakat dengan tingkat instensitas olahraga yang cukup tinggi.
Eperti learning curve, semakin banyak kasus
yang ditangani seorang dokter, maka semakin cepat waktu yang diperlukan dalam
melakukan tindakan rekontruksi ACL (Anterior
Cruciate Ligamen) bisa dilakukan dalam waktu ± 60 menit. Jika tindakan
dilakukan diarea bahu memerlukan waktu lebih lama. Karena sendi didalam bahu
terdiri dari ball and socket sehingga
lebih rumit. Didalam sendi bahu terdapat bola dan mangkuk sehingga gerakannya
hanya menekuk dan lurus, “ujarnya. “Saat melakukan arthroscopy, pasien biasanya akan dibius regional, tapi khusus untuk
bahu, terpaksa masih harus dibius block atau
total.”
Menurut dr.
Theri, metode arthroscopy dapat
diaplikasikan pada semua orang yang mengalami masalah sendi pada grade awal. Jika yang memiliki
permasalahan sendi dalam derajat yang cukup berat maka tindaan yang harus
dilakukan bukan lagi arthroscopy, melainkan
harus ganti sendi, “terangnya.
Yang juga dapat
menjadi catatan, arthroscopy adalah
metode yang dilakukan dengan menggunakan alat khusus berbentuk semacam satu tower da terdiri dari beberapa item, seperti
monitor, light source, dan mesin
pembersihan atau pengairan, sehingga diperlukan kepabilitas dalam
pengoperasiannya dimana RSOT sudah mempunyai alat ini dengan tenaga medis yang
sudah terlatih.
Tak kalah penting dengan tahapan medis lainnya, proses rehabilitasi dan fisioterapi juga memiliki peranan yang sangat penting dalam penanganan maupun pencegahan cedera olahraga.
SECARA umum,
olahraga dapat dibagi menjadi dua antara lain Olahraga prestasi dan olahraga
rekreasional. Keduanya memiliki potensi cedera atau trauma, baik cedera ringan,
sedang, maupun berat.
Setiap cedera olahraga memiliki perbedaan dalam hal penanganan, berkaitan dengan tujuan akhirnya. Pada olahraga rekreasional, tujuan akhir Rehabilitasi Medik adalah untuk menghantarkan pasien dapat berolahraga kembali, sementara untuk olahraga prestasi yakni para atlet, fisioterapi dilakukan hingga atlet tersebut dapat berprestasi kembali. Untuk para atlet, penanganan yang dilakukan relatif lebih panjang dan mendalam, karena berkaitan dengan reflek, kekuatan otot, sensor, dan lainnya.
Rehabilitasi
medik merupakan elemen penting yang tidak dapat dipisahkan dari penanganan
cedera, termasuk cedera olahraga. Pada cedera sedang dan berat yang memerlukan
tindakan medis seperti operasi, sudah masuk pada masa pra-tindakan. Untuk
cedera lutut yang sudah cukup lama dan otot pahanya habis, misalnya, hasil
operasi akan jauh lebih bagus jika sebelumnya telah dilakukan rehabilitasi untuk
memperbaiki otot tersebut.
Program
Rehabilitasi Medik pada masa pra-tindakan juga menjadi sangat krusial,
karena sebelum tindakan, akan dilakukan edukasi mengenai hal-hal apa saja yang
boleh dan tidak boleh dilakukan pada hari-hari awal pasca operasi. Pasca operasi,
proses rehabilitasi akan konsentrasi pada penanganan nyeri, bengkak,
pengembalian kekuatan, dan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan mobilisasi. Jika sudah maka kita akan melatih motorik, sensor, dan
lainnya. Terakhir jika ingin
kembali berolahraga,
maka kita akan melatih
otot-otot yang berkaitan dengan olahraga yang akan dilakukan.
Hal-hal tersebut di atas, merupakan aplikasi dari tahapan-tahapan pemulihan cedera olahraga seperti mengatasi Cedera tanpa dilakukannya tindakan operasi, pemulihan, dan return to sport. Untuk return to sport, tergantung dari kondisi pasien apakah bisa berolahraga kembali, bisa berprestasi atau berkompetisi lagi.