Please wait...



Blog

CLASSIC LIST

plantar_fasciitis-3.width-800.jpg

Olahraga merupakan salah satu aktivitas yang bisa memberikan segudang manfaaat bagi kesehatan tubuh. Bahkan, di era pandemi ini Olahraga menjadi solusi favorit di kalangan masyarakat untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Ada berbagai macam olahraga yang dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mulai olahraga tanpa alat sampai dengan yang menggunakan alat seperti di area fitness. Nah, dari sekian banyak jenis olahraga itu, yang paling banyak digemari adalah berlari. Selain mudah dilakukan, olahraga ini tidak memerlukan uang sepeserpun. Namun, ada yang perlu diwaspadai ketika Anda berlari. Pernahkah Anda merasakan nyeri di tumit setelah berlari?

Sebagian orang menganggap rasa nyeri di tumit setelah berlari disebabkan karena kelelahan. Akan tetapi, Anda juga harus berhati-hati, karena nyeri tumit setelah berlari bisa jadi merupakan pertanda adanya gangguan kesehatan / kelainan fisik pada anggota tubuh Anda. Biasanya, kondisi ini berhubungan dengan gangguan Plantar Fasciitis, pola gerakan yang kurang tepat, maupun  gangguan pada struktur kaki.

Apa sih Plantar Fasciitis itu? Plantar Fasciitis merupakan peradangan yang terjadi pada bagian Plantar Fascia, yaitu jaringan dibawah kaki yang membentang dari tumit hingga jari kaki, jaringan ini berfungsi sebagai penyangga telapak kaki dan peredam getaran ketika berjalan.

Terdapat beberapa penyebab tumit sakit setelah berlari, misalnya :

  • Pergelangan kaki yang terlalu banyak bergerak
  • Orang-orang yang memiliki kaki datar (flat feet) atau sebaliknya
  • Telapak kaki mempunyai lengkungan yang tinggi
  • Jenis sepatu

Nyeri tumit kerap hilang timbul  meski sudah mereda, tetapi nyerinya bisa muncul lagi saat berdiri terlalu lama atau bangun mendadak dari posisi duduk.

 

Mengatasi nyeri tumit setelah berolahraga

Penanganan segera mungkin akan membuat nyeri lebih cepat menghilang, jadi lakukan pengobatan segera setelah Anda merasakan gejalanya. Berikut ini caranya :

  • Istirahat dan lakukan peregangan
  • Kurangi peradangan dengan menggunakan kompres dingin dan obat anti peradangan
  • Gunakan bantalan tumit atau sisipan orthotic

 

Mencegah nyeri tumit saat berolahraga

Selain cara-cara mengatasi nyeri tumit diatas, Anda juga dapat mencegah agar nyeri tumit tidak kembali menyerang ketika Anda ingin kembali berolahraga :

  • Ubah pola
    Perhatikan posisi kaki pertama kali menyentuh tanah saat berlari. Kebanyakan orang berlari dengan bertumpu pada kaki belakang yang bisa memicu terjadinya nyeri tumit. Cobalah untuk menggunakan bagian tengah atau depan kaki ketika berlari untuk mengurangi ketegangan.
  • Lakukan peregangan sebelum dan sesudah berolahraga
    Lakukan peregangan sederhana untuk melemaskan otot kaki, pergelangan kaki, serta betis setiap sebelum dan sesudah berolahraga.
  • Pertahankan berat badan ideal, karena berat badan berlebih akan membuat kamu menanggung terlalu banyak tekanan pada tubuh bagian bawah, terutama lutut, pergelangan kaki, dan tumit, terlebih ketika kamu sedang berlari.
  • Kenakan sepatu olahraga yang nyaman, untuk menghindari terjadinya nyeri pada tumit dan cedera kaki lainnya.

Jika Anda sudah melakukan cara-cara di atas tetapi tumit masih saja sakit atau sudah dua minggu tak kunjung sembuh, sebaiknya periksakan diri ke dokter spesialis Orthopedi dan Traumatologi. Dokter akan membantu mencari penyebab dan merekomendasikan terapi sesuai kondisi. Jangan tunda mencari bantuan medis jika nyeri yang dirasakan intensitasnya sangat berat dan membatasi aktivitas Anda berjalan, atau jika disertai kemerahan dan bengkak.

 

Informasi Pendaftaran :

RS. ORTHOPEDI & TRAUMATOLOGI SURABAYA
JL. Emerald Mansion TX 10, Citraland – Surabaya
(031) 57431574 / 57431299
IGD : 082337655500 ext 118

 

 

Referensi :

https://www.healthline.com/health/heel-pain-after-running

https://www.everydayhealth.com/foot-health/care-for-heel-pain.aspx

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/plantar-fasciitis/symptoms-causes/syc-20354846

https://www.halodoc.com/artikel/nyeri-tumit-setelah-berolahraga-ini-cara-mengatasinya


WhatsApp-Image-2021-05-17-at-10.19.11.jpeg

RSOT Surabaya Proudly Present:
MRI OF WEIGHT BEARING & DYNAMIC ACTUAL MOVEMENT
“An Ideal Musculosceletal Imaging”
Diagnostic Breakthrough for Joint, Spine, and Sport Injury

Narasumber :
1. Dr. Komang Agung Irianto, dr., Sp.OT (K) Spine (RSOT Surabaya)
2. Dr. Rosy Setiawati, dr. Sp.Rad (K) MSK, CCD (RSOT Surabaya)
3. Prof Mikael Boesen, MD. PhD (Esaote)

Moderator :
Giacomo Pedretti (Esaote)

Pelaksanaan :
Jumat, 4 Juni 2021
Pkl 18.30 s/d 21.15 WIB
Melalui : Go to Webinar

Registrasi :
https://bit.ly/webinarilmiahrsot
atau scan barcode pada gambar

Contact Person :
Ns. Elya Puji Rahayu, S.Kep (0857-8591-8206)

Fasilitas :
E-Certificate
3 SKP IDI
Materi
GRATIS !


osteoartritis.jpg

Osteoarthritis adalah peradangan kronis pada sendi akibat kerusakan pada tulang rawan. Osteoarthritis adalah jenis arthritis (peradangan sendi) yang paling sering terjadi. Kondisi ini menyebabkan sendi-sendi terasa sakit, kaku, dan bengkak.

Penyakit ini bisa menyerang semua sendi, namun sendi di jari tangan, lutut, pinggul, dan tulang punggung, adalah sendi-sendi yang paling sering terkena. Gejala yang timbul saat mengalami osteoarthritis akan berkembang secara perlahan.

Pengobatan untuk osteoarthritis ditujukan untuk meminimalisir rasa nyeri serta untuk membantu penderitanya bisa beraktivitas dan bergerak dengan normal.

Penyebab dan Faktor Risiko Osteoarthritis

Osteoarthitis disebabkan oleh kerusakan pada tulang rawan dan sendi. Kerusakan ini berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Kondisi ini dimulai saat tulang rawan yang merupakan bantalan pelindung tulang mengalami kerusakan.

Kerusakan ini kemudian menyebabkan terjadinya gesekan langsung antar tulang. Gesekan ini lama kelamaan akan merusak dan menyebabkan peradangan pada sendi. Pertambahan usia adalah salah satu faktor utama terjadinya kondisi ini.

Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoarthritis, antara lain:

  • Berjenis kelamin wanita, terutama yang sudah menopause
  • Mengalami obesitas
  • Mengalami cedera pada sendi atau pernah menjalani operasi pada tulang dan sendi
  • Melakukan pekerjaan atau aktivitas fisik yang menyebabkan sendi tertekan secara terus-menerus, misalnya terlalu sering mengenakan sepatu hak tinggi
  • Memiliki riwayat osteoarthritis di keluarga
  • Menderita penyakit tertentu, seperti rheumatoid arthritis dan hemokromatosis
  • Mengalami kelainan bawaan atau cacat pada tulang rawan atau sendi

Gejala Osteoarthritis

Pada tahap awal, penderita osteoarthritis akan merasakan rasa sakit atau nyeri sendi dan kaku pada sendi. Gejala yang ditimbulkan akan berkembang secara perlahan dan menjadi semakin parah seiring waktu. Hal ini akan membuat penderita kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari.

Selain rasa sakit dan kaku, beberapa gejala lain yang bisa terjadi adalah:

  • Pembengkakan pada sendi
  • Munculnya suara gesekan pada sendi ketika digerakkan
  • Melemahnya otot dan berkurangnya massa otot
  • Munculnya taji atau tulang tambahan
  • Munculnya benjolan pada sendi yang ada di jari tangan
  • Membengkoknya jari tangan

Kapan harus ke dokter

Periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas, terutama jika keluhan semakin menggangu aktivitas.

Penderita osteoarthritis perlu melakukan kontrol rutin ke dokter. Pemeriksaan rutin ini bertujuan untuk memantau kondisi, kemajuan terapi, serta mencegah komplikasi.

Diagnosis Osteoarthritis

Dokter akan melakukan tanya jawab seputar keluhan dan riwayat kesehatan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk melakukan pemeriksaan pada sendi yang terasa nyeri dan mengidentifikasi apakah terjadi pembengkakan serta keterbatasan gerakan sendi.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan meminta pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Pemindaian dengan Rontgen dan MRI, untuk melihat kondisi tulang dan mendeteksi peradangan pada tulang dan sendi
  • Tes darah, untuk mendeteksi infeksi atau penyebab lain dari peradangan sendi, seperti rheumatoid arthritis
  • Analisis cairan sendi, untuk mengetahui apakah terjadi peradangan atau infeksi pada sendi

Pengobatan Osteoarthritis

Pengobatan osteoarthritis bertujuan untuk meredakan keluhan dan gejala agar penderitanya bisa tetap beraktivitas secara normal.

Untuk meredakan rasa nyeri dan peradangan dokter akan memberikan obat-obatan, seperti:

Selain dengan memberikan obat-obatan di atas, osteoarthritis juga bisa ditangani dengan fisioterapi dan operasi. Berikut penjelasannya:

  • Fisioterapi
    Penderita osteoarthritis dapat menjalani fisioterapi untuk memperkuat otot-otot di sekitar persendian. Cara ini juga bisa meningkatkan fleksibilitas sendi dan otot, serta mengurangi rasa sakit.
  • Operasi
    Meski jarang dilakukan, operasi bisa dilakukan untuk memperbaiki atau mengganti sendi yang rusak agar penderita bisa lebih mudah bergerak. Contohnya adalah total hip replacement pada osteoarthritis panggul dan total knee replacement pada osteoarthritis lutut.

Selain pengobatan yang dilakukan di dokter, penderita osteoarthritis disarankan untuk menerapkan pola hidup sehat, seperti:

  • Rutin berolahraga
    Olahraga yang dilakukan secara teratur dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan memperkuat otot-otot di sekitar persendian, sehingga membuat persendian stabil. Olahraga yang bisa dilakukan antara lain berjalan, bersepeda, berenang, yoga, dan tai chi.
  • Menurunkan berat badan
    Penderita osteoarthritis yang memiliki berat badan berlebihan disarankan untuk menurunkan berat badan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada sendi dan bisa mengurangi rasa sakit.

Komplikasi Osteoarthritis

Osteoarthritis yang tidak mendapatkan penanganan dapat menyebabkan nyeri dan rasa tidak nyaman. Kondisi ini dapat menyebabkan pendeitanya mengalami beberapa komplikasi, seperti:

  • Gangguan tidur.
  • Gangguan kecemasan.
  • Depresi.
  • Osteonecrosis atau avascular necrosis (kematian jaringan tulang).
  • Infeksi pada sendi.
  • Saraf terjepit di tulang belakang.

Pencegahan Osteoarthritis

Osteoarthritis tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat menurunkan risiko penyakit ini dengan beberapa langkah di bawah ini:

  • Menjaga berat badan ideal
  • Selalu aktif, rajin bergerak, dan berolahraga
  • Menjaga postur tubuh saat duduk atau berdiri
  • Melakukan peregangan otot secara rutin
  • Beristirahat dengan cukup dan teratur

Promo-Kartini-1200x601.jpg

Dapatkan harga special dalam rangka HARI KARTINI sebesar 21% untuk Paket pemeriksaan USG Payudara/Perut serta Paket Layanan Swab PCR dan Potongan 10% untuk :

  1. Paket MCU (Menopause)
  2. Paket Vaksin HPV (Gardasi)
  3. Paket Deteksi Tumor Ovarium
  4. Paket Deteksi Tumor Payudara

 

Periode promo mulai 12 April 2021 s/d 30 April 2021.

 

Layanan Informasi :
Customer Care
(031) 574 31 574 / 574 31 299 ext 108

0813.3787.3131

 

Salam Sehat,

RS Orthopedi & Traumatologi Surabaya


stetoskop.jpg

Ingin mendapatkan informasi awal mengenai permasalahan tulang ? Majalah Orthocare memberi Anda kesempatan untuk bertanya langsung kepada ahlinya, yakni para dokter dan tenaga ahli di RSOT Surabaya. Kirim pertanyaan seputar tulang ke email: RSOT@surabayaorthopedi.com dengan subject “Konsultasi RSOT”.

QUESTION :

  • Halo dok, adik perempuan saya yang berusia tahun menderita Celebral Palsy, hingga sekarang adik saya tidak dapat melakukan apa-apa, bahkan duduk sekalipun. Kakinya menyilang dengan tangan yang selalu menguncup dan badannya selalu kaku dan kejang dalam waktu tertentu. Adik saya sempat melakukan fisioterapi selama beberapa saat tapi tidak menimbulkan hasil. Apa ada fisioterapi yang dapat membuat adik saya dapat duduk ataupun agar tulangnya tidak kaku? Lalu adakah solusi agar kejang pada adik saya berkurang.

Terima kasih dok.

ASIYAH, SURABAYA

 

ANSWER :

Dear Asiyah,

Pada pasien Celebral Palsy (CP), perkembangan motorik (kemampuan untuk bisa duduk, berjalan, melakukan kegiatan fisik lainnya) ditentukan oleh lokasi dan luasnya kerusakan jaringan otak yang sudah terjadi.

Potensi penderita CP untuk dapat bergerak (duduk, jalan) ditentukan oleh beberapa faktor:

  1. Keseimbangan dan koordinasi
  2. Kekuatan secara menyeluruh
  3. Faktor fisik: tulang, otot

Prognosis jelek untuk prediksi kemampuan duduk adalah bila usia 5 tahun atau lebih, penderita masih belum dapat duduk mandiri.

Fisioterapi akan sangat bermanfaat agar kaku sendi yang diderita adik Asiyah tidak bertambah parah. Solusi untuk kejang harus dievaluasi lebih lanjut. Kami menganjurkan Asiyah dibawa menemui dokter spesialisi saraf agar Asiyah juga berkonsultasi dengan ahli saraf untuk masalah kejangnya.

Semoga jawaban ini dapat membantu.

 

 

QUESTION :

  • Dok, saya Nadine berusia 24 tahun. Tiga bulan terakhir bahu kiri saya terasa panas seperti terbakar. Terkadang hal tersebut hilang lalu muncul lagi. Seorang teman memberitahu saya bahwa itu karena saya berada diruangan ber-AC dan selalu dalam posisi duduk dalam bekerja. Apakah itu benar, dok? Lantas bagaimana solusinya karena hal tersebut sangat mengganggu saya. Terima kasih.

NADINE, BANYUWANGI

 

ANSWER :

Yth, Nadine

Rasa panas seperti terbakar pada bahu bisa disebabakan oleh banyak hal. Mulai dari kelainan kulit, alergi, hingga saraf terjepit. Bila disebabkan oleh saraf terjepit, maka posisi duduk berjam-jam sambil menunduk menatap layar komputer bisa memperberat keluhan. Ini karena saraf yang mempersarafi bahu berasal dari leher. Bila leher tidak berada dalam posisi yang ergonomis dalam bekerja, maka bisa timbul keluhan seperti yang anda rasakan. Seringkali disertai juga oleh rasa pegal pada belakang leher dan bahu.

Ruangan ber-AC biasanya tidak memperberat gejala saraf terjepit, kecuali bila penyebabnya bukan saraf terjepit, melainkan alergi terhadap udara dingin dan kering.

Untuk lebih jelasnya, sebaiknya Anda menemui dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, sehingga penyebab keluhan anda bisa ditemukan dan diobati.

Semoga bermanfaat.

 

QUESTION :

  • Dok, saya Ponco berusia 35 tahun. Lima tahun yang lalu saya mengalami kecelakaan dan diharuskan memakai pen pada bahu saya. Dokter yang menangani saya mengatakan selang waktu 5 tahun pen tersebut harus segera dilepas. Tapi, hingga sekarang saya masih belum melakukannya karena tidak ada keluhan apapun. Apakah saya harus melepasnya atau pen tersebut dapat dibiarkan?

Terima kasih

PONCO, SURABAYA

 

ANSWER :

Yth, Sdr. Ponco

Pen  merupakan benda asing (logam) yang ditanam di dalam tubuh dengan tujuan mempertahankan posisi tulang yang patah agar dapat tersambung dalam posisi yang baik. Pen terbuat dari logam yang sudah didesain agar bisa ditanam di dalam tubuh. Ia memiliki lapisan pelindung yang mencegah tubuh bereaksi berlebihan terhadap logam, sehingga dapat berada di dalam tubuh dalam waktu yang cukup lama sampai tulang tersambung kembali.

Apabila tulang sudah tersambung dan sembuh seperti sediakala, maka pen sudah tidak lagi dibutuhkan fungsinya. Pen juga merupakan benda asing, yang tidak didesain untuk selamanya ada dalam tubuh seseorang. Sehingga, mengingat fungsi pen yang sudah tidak lagi dibutuhkan saat tulang sudah menyambung dan sifat alaminya sebagai benda asing yang tidak selamanya bisa berada di dalam tubuh, maka sebaiknya pen tersebut dilepas.

 

Semoga bermanfaat.


dr.-Theri-1200x1195.jpeg

Saat berolahraga maupun beraktivitas sehari – hari dapat berisiko terjadinya cedera. Masih banyak orang yang belum menyadari pentingnya penanganan cedera dengan tepat, misalnya sudah tahu cedera namun tetap melanjutkan aktivitas. Atau salah dalam penanganan cedera misalnya pergi ke tukang urut. Hal tersebut justru akan menimbulkan dampak cedera yang lebih serius.
Lalu bagaimana sebaiknya yang dilakukan jika mengalami cedera ?
Yuk ikuti Online Discussion dengan topik

“Waspada ! Jangan Salah Penanganan Cedera.”

Narasumber : dr. Theri Efendi, Sp.OT (K)
Hari /tanggal : Sabtu, 6 Maret 2021
Pukul : 10.00 WIB
Live Zoom dan Youtube
Daftar sekarang di:
bit.ly/healthtalkrsot
atau scan barcode pada gambar

ID meeting dan password akan dikirim melalui email.
Dapatkan doorprize menarik dari PT. Novell Pharmaceutical Laboratories !

Gratis dan terbuka untuk umum !
Ikuti Instagram & Youtube kami : @rsotsurabaya


sindrom-text-neck.jpg

Waspadai Sindrom “Text Neck”

Karena Kecanduan Smartphone

Dilansir dari We Are Social, disebutkan pada awal tahun 2020 ada 338,2 juta masyarakat Indonesia yang memiliki smartphone, dengan 160 juta pengguna aktif media sosial (medsos). Bila dibandingkan dengan tahun 2019, maka pada tahun ini ada peningkatan 10 juta orang indonesia yang aktif di medsos. Pengguna aktif smartphone dan media sosial ini bukan hanya pada kalangan anak muda saja, namun dari remaja hingga usia lanjut (16 hingga 64 tahun).

Fenomena masifnya penggunaan smartphone ini cukup mengkhawatirkan, pasalnya, terdapat fakta lain yang muncul akibat banyaknya pengguna smartphone yang mengakibatkan nyeri atau sakit pada kepala, leher, hingga punggung. Kondisi ini kemudian disebut sindrom Text Neck.

Sindrom Text Neck adalah nyeri di leher, otot leher, dan bahu, bahkan mungkin melibatkan degenerasi tulang, persendian, atau cakram tulang belakang di leher. Hal ini menjadi masalah apabila cedera di sekitar leher terjadi berulang kali akibat penggunaan ponsel dalam jangka waktu yang lama.

Gejala Sindrom Text Neck

  • Leher kaku dan sulit bergerak saat menggerakkan leher
  • Nyeri biasanya di bagian leher bawah dan nyeri terasa tumpul atau tajam seperti ditusuk pada kasus yang sudah berat
  • Nyeri menyebar hingga terasa di bahu dan lengan
  • Kelemahan otot-otot bahu
  • Sakit kepala
  • Nyeri lebih terasa saat leher menunduk
  • Nyeri atau kesemutan, kebas, yang menjalar hingga bahu, lengan, tangan dan/atau jari tangan

Akibat dari Text Neck Syndrome

Bila kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, dapat menyebabkan nyeri leher dan punggung yang kronis, baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Pada anak-anak, saat mereka memasuki usia 20-30 tahun akan terjadi perubahan degeneratif pada postur tubuh mereka. Kemungkinan mereka akan memiliki postur tubuh bungkuk pada usia yang relative masih muda.

Bukan hanya itu, sindrom ini juga biasa mengganggu kesehatan mereka yang dapat berakibat anak-anak mengkonsumsi obat-obatan lebih banyak atau bahkan menjalani operasi di usia muda. Kondisi text neck yang menahun juga dapat mengakibatkan bantalan antar ruas tulang belakang keluar dari posisi sebelumnya sehingga menekan saraf. Saraf pada leher berfungsi untuk mengatur nafas, jika saraf tersebut rusak, maka kita akan mengalami kesulitan dalam bernafas.

Bagaimana Mengatasi Text Neck Syndrome

  • Batasi Penggunaan Smartphone

Saat postur seseorang berada dalam posisi tegak, maka kepala akan seimbang dengan leher. Namun saat kepala menunduk, maka kondisi kepala dan leher menjadi tidak seimbang.

  • Posisikan Smartphone Sejajar dengan Mata

Bila terpaksa menggunakan smartphone dalam waktu lama, usahakan posisi smartphone sejajar dengan posisi mata. Sebuah studi mengatakan bahwa berat kepala manusia pada posisi netral sekitar 5-6 kg. pada posisi menunduk dengan sudut 15° berat ini bertambah 20 kg, 30 kg pada posisi menunduk 60°. Dapat dibayangkan berapa berat yang harus ditopang oleh leher setiap harinya saat anda menggunakan smartphone dengan kepala menunduk?

  • Istirahat saat Menggunakan Smartphone

Berilah istirahat pada diri anda sekitar 20-30 menit sekali saat sedang menggunakan smartphone. Letakkan smartphone sekitar 2-3 menit untuk memberikan kesempatan kepada leher, punggung, dan bahu agar dapat berelaksasi.

  • Lakukan Peregangan Otot

Tundukkan dan tengadahkan kepala secara bergantian, lalu tekuk ke kanan dan kiri bergantian. Juga lakukan gerakan memutar bahu searah dan berlawanan arah jarum jam secara bergantian. Dengan peregangan ini diharapkan otot dapat kembali normal dan terhindar dari sindrom text neck.

  • Hubungi Dokter

Bila nyeri leher yang anda rasakan masih terus berlanjut maka saatnya untuk mengunjungi dokter. Semakin cepat anda mendapatkan perawatan dari ahlinya, semakin sedikit resiko atau akibat yang dapat terjadi pada kesehatan anda.


cover-bentuk-punggung.jpg

Kelainan bentuk tulang belakang pada anak bisa terjadi pada berbagai tahap perkembangan,semasa bayi,ataupun di masa balita dan kanak-kanak. Bagaimana cara mendeteksi secara dini kelainan bentuk punggung buah hati kita?

3 kelainan bentuk tulang belakang pada anak yang wajib dikenal oleh orang tua :

  1. Kifosis

Kifosis adalah kelainan bentuk tulang belakang di mana tulang belakang bagian atas membungkuk lebih dari 40 derajat. Dari samping, orangtua akan bisa mengamati bahwa punggung anak terlihat bungkuk/sangkuk (Bahasa Jawa). Selain karena bawaan lahir, kifosis pada balita bisa terjadi karena berbagai sebab seperti :

  • Masalah metabolic
  • Kondisi neuromuscular
  • Brittle bone disease, kondisi yang membuat tulang sangat mudah patah.
  • Penyakit
  • Tumor tulang belakang
  • Infeksi TBC tulang belakang

Kebiasaan duduk sambil membungkuk saat belajar atau bermain gawai juga dapat membuat postur tubuh anak berubah menjadi sangkuk (kifosis postural). Kifosis pada balita bisa dikenali dari gejala seperti, kepala cenderung lebih condong ke depan dibanding bagian tubuh kita, bagian belakang atas terlihat lebih menonjol.

 

  1. Hiperlordosis

Hiperlordosis atau swayback adalah kelainan bentuk tulang belakang pada anak dimana area bawah tulang belakang melengkung ke arah dalam secara berlebihan. Penyebabnya antara lain :

  • Kelainan neuromuscular, misal cerebral palsy.
  • Achondroplasia : Gangguan pertumbuhan tulang.
  • Discitis : Peradangan pada ruang di antara tulang belakang akibat infeksi.
  • Trauma

 

3. Scoliosis

Scoliosis adalah kelainan bentuk tulang belakang pada anak yang melengkung ke samping seperti huruf C atau S, dengan sudut lebih dari 10 derajat (pengukuran derajat pada xray tulang belakang)

 

Penyebab :

Sebagian kecil kasus scoliosis disebabkan oleh cerebral palsy atau distrofi otot, tapi mayoritas lainnya tidak diketahui secara pasti penyebabnya (idiopatik). Scoliosis juga disebabkan, karena cacat bawaan lahir dimana ruas-ruas tulang belakang tidak tumbuh sempurna.

 

Gejala umum scoliosis pada balita dan anak di antaranya adalah :

  • Bahu miring dan tidak sejajar, dengan satu tulang belikat terlihat lebih menonjol.
  • Rusuk yang terlihat lebih menonjol pada satu sisi.
  • Tinggi dan posisi pinggul yang tidak sejajar.
  • Besar payudara tidak sama.

 

Faktor resiko apa saja yang harus diwaspadai :

  • Usia puber, Anak perempuan usia 8-13 tahun, anak laki-laki usia 9-14 tahun. Rentang usia ini adalah masa dimana anak mengalami percepatan pertumbuhan tinggi badan yang pesat. Oleh karena itu skrining scoliosis di sekolah-sekolah dilakukan untuk kelompok usia ini, tujuannya dalah mendeteksi adanya gejala idiopatic adolescent scoliosis sedini mungkin.
  • Scoliosis lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
  • Riwayat keluarga : ibu, nenek juga penderita scoliosis. Bakat menderita scoliosis bisa diturunkan di keluarga. Meskipun demikian, belum tentu bakat tersebut diturunkan ke semua anak dalam satu keluarga. Scoliosis juga bisa terjadi walau tidak ada riwayat penyakit yang sama pada keluarga.

 

Kelainan bentuk tulang belakang pada balita dan anak bisa ditangani dengan latihan postur,pemakaian brace, atau prosedur operasi, tergantung dengan tingkat keparahannya. Makin cepat mendapat penanganan, biasanya hasilnya akan makin baik.

 

Apa yang bisa terjadi bila tidak mendapat penanganan yang tepat :

  1. Anak mudah mengeluh sakit punggung. Keluhan sakit akan makin meningkat seiring pertambahan usia.
  2. Scoliosis berat dapat menyebabkan anak mudah sesak saat beraktifitas. Fungsi paru terganggu.
  3. Tidak percaya diri karena diolok-olok teman.

 

4 HAL YANG BISA DILAKUKAN ORANGTUA :

K : Kembangkan kebiasaan duduk yang baik. Batasi pemakaian gawai.

A : Ajak anak berolahraga diluar ruangan. Belajar renang akan sangat membantu mengubah postur tubuh.

K : Kenali sejak dini tanda dan gejala kelainan bentuk punggung.

I  : Ikuti saran dan petunjuk dokter bila anak telah mendapatkan pemeriksaan


097448500_1499922622-Ciri-Sakit-Pinggang-yang-Disebabkan-Batu-Ginjal.jpg

Nyeri pinggang merupakan permasalahan yang sering terjadi pada kelompok usia dewasa. Menurut penelitian, sekitar 80% penduduk usia dewasa, pernah mengalami nyeri punggung atau nyeri pinggang (low back pain) dalam kehidupannya. Bagaimana teknologi penanganan terkini mengatasi nyeri pinggang?

 

Secara umum, nyeri punggung dan nyeri pinggang atau low back pain dapaat disebabkan oleh ketegangan pada pinggang bawah, arthritis (radang sendi), penyakit degeneratif pada tulang belakang, kesejajaran dan stabilitas tulang belakang yang tidak tepat, hernia pada diskus, radiculopathy atau sciatica (nyeri dari punggung menjalar ke tungkai), stenosis pada tulang belakang, dan penyebab lain yang berhubungan dengan system musculoskeletal.

Sebagian besar keluhan nyeri pinggang tersebut umumnya dapat diatasi dengan obat-obatan dan fisisoterapi. Operasi tulang belakang biasanya direkomendasikan hanya pada kondisi nyeri punggung hebat dan jika masa perawatan non-bedah seperti pengobatan dan terapi fisioterapi belum meredakan gejala nyeri yang disebabkan oleh masalah punggung.

Pada masa sebelumnya, operasi tulang belakang secara tradisional dilakukan sebagai “operasi terbuka”. Ini berarti area yang akan dioperasi dibuka dengan sayatan Panjang untuk memungkinkan ahli bedah melihat dan mengakses anatomi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan teknologi telah memungkinkan mengobati penyakit pada tulang belakang dengan Teknik bedah invasif minimal atau Minimally Invasive Surgery (MIS).

Ada beberapa tindakan MIS yang dapat dilakukan di Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi, tergantung dari diagnosa yang diberikan oleh dokter ahli bedah tulang, antara lain :

  • PSLD (Percutaneous Stenoscopic Lumbar Decompression)
  • PELD ( Percutaneous Endoscopy Lumbar Discectomy)
  • MED ( Microendoscopic Discectomy)
  • Ballon Kyphoplasty (Suntik Cement)
  • Percutaneous Posterior Pedicle Screw Fixation (Pasang pen tanpa buka)

 

Tindakan-tindakan atau prosedur MIS diatas dapat digunakan untuk menangani kondisi seperti :

  • Penyakit degeneratif pada tulang belakang
  • Diskus yang mengalami hernia
  • Stenosis pada tulang belakang
  • Deformitas tulang belakang seperti scoliosis
  • Infeksi tulang belakang
  • Ketidakstabilan tulang belakang termasuk spondylolisthesis
  • Fraktur kompresi vertebrata
  • Tumor tulang belakang

Berbagai jenis tindakan minimal invasive surgery memiliki Teknik masing-masing, namun semuanya memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh tindakan operasi konvensional, seperti sayatan operasi yang sangat kecil dan beberapa milimeter saja, lebih aman, dan masa pemulihan yang lebih cepat. Karena hanya membutuhkan sayatan kecil (beberapa milimeter), tindakan minimal invasive ini juga memberikan keunggulan berupa :

  • Secara kosmetik lebih baik karena sayatan kulit yang lebih kecil (hanya beberapa milimeter)
  • Lebih sedikit kehilangan darah akibat operasi
  • Mengurangi resiko kerusakan otot, karena pemotongan otot sedikit atau bahkan tidak diperlukan
  • Mengurangi resiko infeksi dan nyeri pasca operasi
  • Pemulihan lebih cepat dari operasi konvensional dan tidak membutuhkan terapi rehabilitasi medik yang terlalu lama
  • Mengurangi ketergantungan pada obat nyeri setelah operasi

Meskipun demikian, seperti halnya prosedur pembedahan lain, tetap ada resiko seperti reaksi alergi/efek samping obat anestesi, kehilangan darah yang tidak terduga selama prosedur, dan infeksi lokal area sayatan.

TIPS PENANGANAN MANDIRI NYERI PUNGGUNG DI RUMAH

Meski RSOT tidak termasuk rumah sakit rujukan COVID-19, namun banyak masyarakat yang beberapa bulan terakhir ini takut untuk pergi ke rumah sakit. Untuk itu, ada beberapa tips yang dapat dilakukan pasien yang mengalami nyeri punggung bawah pada saat di rumah.

  1. Jangan terlalu banyak beristirahat atau berdiam di tempat
  2. Bergerak aktif
  3. Lakukan terapi kompres es
  4. Lakukan peregangan
  5. Perhatikan pola makan dan jaga berat badan anda
  6. Memperbaiki postur tubuh anda, terutama saat duduk lama

Kapan anda harus memeriksa diri ke dokter?

  1. Saat anda mulai merasakan kelemahan pada kaki anda
  2. Inkontinensia (ketidakmampuan untuk mengontrol buang air kecil)
  3. Nyeri yang tidak tertahankan
  4. Demam
  5. Menggigil
  6. Mati rasa

Tips untuk mencegah sakit punggung saat bekerja dari rumah selama pandemic COVID-19 :

  1. Lakukan peregangan sederhana setiap 1-2jam
  2. Hindari postur tubuh yang buruk
  3. Istirahat cukup
  4. Ganti kursi yang lebih ergonomis untuk tubuh anda

 

 

Tiga latihan dasar :

 

Jika membutuhkan latihan atau terapi untuk tulang belakang, bisa anda konsultasikan dengan dokter rehabilitasi medik di RS Orthopedi dan Traumatologi Surabaya.


Copyright by Surabaya Orthopedi 2021

WhatsApp Live Chat