Please wait...



Blog

CLASSIC LIST

young-lady-suffering-from-shoulder-pain-green-shirt-looking-uncomfortable-1-scaled.jpg

Sahabat ortho, sendi bahu merupakan sendi bola dan rongga yang terdiri dari 3 buah tulang. Tulang tersebut yaitu tulang lengan bagian atas, tulang belikat dan tulang selangka yang disokong oleh ligamen, tendon, otot agar posisi tetap stabil. Tahukah Anda bahwa bahu memberikan rentang gerak terbesar dalam tubuh kita. Ia memungkinkan kita untuk mengangkat dan memutar lengan ke segala arah. Dan untuk membantu kita menggerakkan bahu, sendi dibantu oleh cairan yang bernama cairan synovial yang melumasi kapsul bahu sendi.

Jika kapsul pada bahu menebal dan menjadi lebih kaku kencang serta berkurangnya cairan sinovial pada sendi maka dapat menyebabkan kekakuan pada bahu. Kondisi inilah yang dimaksud dengan Frozen Shoulder.

Frozen Shoulder atau Adhesive Capsulitis adalah gangguan yang terjadi di area bahu berupa rasa kaku dan nyeri. Kondisi ini menyebabkan terbatasnya pergerakan bahu hingga terkadang tidak dapat digerakkan sama sekali. Kondisi ini biasanya berlangsung dalam hitungan bulan hingga tahun dan jarang kambuh di lokasi yang sama.

Bagaimana Gejalanya?

Dilansir dari Mayo Clinic gejala utama Frozen Shoulder  adalah rasa sakit dan kekauan yang menyebabkan bahu sangat suilt digerakkan atau bahkan tidak bisa digerakkan sama sekali. Gejala ini muncul dan biasanya terbagi menjadi 3 tahap, setiap tahapan berlangsung dalam beberapa bulan.

Berikut 3 tahapan gejala Frozen Shoulder :

  1. Freezing Stage

Nyeri setiap kali bahu digerakkan sehingga menyebabkan rentang gerak bahu terbatas. Tahap ini berlangsung sekitar 6 – 9 bulan.

  1. Frozen Stage

Nyeri berkurang, tetapi bahu semakin kaku dan sulit untuk digerakkan. Tahap ini berlangsung sekitar 4 – 12 bulan.

  1. Thawing Stage

Rentang gerak bahu membaik yang berlangsung selama 6 bulan sampai 2 tahun.

Apa Penyebabnya?

Belum diketahui pasti penyebab dari Frozen Shoulder. Namun ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang mengalami Frozen Shoulder. Diantaranya :

  1. Berjenis kelamin perempuan
  2. Berusia 40 tahun keatas
  3. Menderita penyakit sistemik seperti diabetes, Parkinson, TBC, penyakit jantung, dan gangguan hormone tiroid (Hipertiroid dan Hiptiroid).
  4. Mengalami imobilitas (tidak dapat bergerak) dalam waktu yang lama, misalnya akibat stroke, patah tulang pada lengan, pemulihan pasca operasi, cedera pada rotator cuff (otot pada bahu)

 

Bagaimana Diagnosis Frozen Shoulder?

Dirangkum dari HealthLine, langkah awal yang dilakukan adalah dengan melihat riwayat medis dan pemeriksaan fisik penderita. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat seberapa nyeri yang dirasakan dan untuk melihat jangkauan gerak pasien akibat frozen shoulder.

Beberapa pemeriksaan diagnostik mungkin juga diperlukan. Dokter akan melakukan pemindaian resonansi magnetik (MRI). Rontgen mungkin juga diuperlukanuntuk memeriksa radang sendi atau kelainan lainnya. Anda mungkin memerlukan artrogram untuk rontgen, yang melibatkan penyuntikan pewarna ke sendi bahu Anda sehingga dokter dapat melihat strukturnya.

Pengobatan Frozen Shoulder :

  1. Obat-obatan

Obat-obatan yang akan diberikan oleh dokter bertujuan untuk meredakan nyeri dan peradangan yang terjadi (Contoh ; aspirin dan ibuprofen). Jika nyeri terus terjaid, mungkin dokter akan memberikan suntikan kortikosteroid ke area bahu yang bermasalah.

  1. Rehabilitasi Medik (Fisioterapi)

Terapi fisik bertujuan untuk mengembalikan jangkauan lengan semaksimal mungkin. Selama sesi fisioterapi, dokter juga akan melakukan TENS (transcutaneous electrical nerve stimulation). TENS adalah terapi listrik yang dilakukan dengan menghantarkan arus listrik kecil melalui elektroda yang ditempelkan di kulit. Arus listrik tersebut bertujuan untuk menghambat impuls saraf yang menyebabkan rasa nyeri.

Selain terapi tersebut, pasien juga bisa melakukan kompres dingin pada bahu selama 15 menit di rumah dan lakukan beberapa kali dalam sehari. Hal ini dinilai cukup efektif untuk meredakan nyeri pada bahu.

  1. Perawatan Mandiri

Perawatan Mandiri sangat membantu mempercepat pemulihan. Diantaranya menggunakan obat sesuai dengan anjuran dokter, rutin berolahraga, ikut bimbingan dan ahli fisioterapi atau mengompres bahu yang nyeri dan kaku dengan menggunakan es batu. Kuncinya adalah, Anda mampu mempertahankan gerak bahu, sehingga Anda sangat dianjurkan untuk rutin melakukan rangsangan gerak bahu.

  1. Operasi

Operasi dilakukan jika konsumsi obat, fisioterapi dan perawatan mandiri tidak efektif membuat keluhan membaik. Tindkaan ini bertujuanuntuk melonggarkan beberapa jaringan ikat di sekitar bahu dan biasanya operasi dilakukan dua kali. Operasi pertama disebut manipulasi, sedangkan operasi kedua akan menggunakan alat arthroscopy untuk memotong jaringan parut.

erasi dilakukan jika konsumsi obat, pengobatan alternatif, dan perawatan mandiri tidak membuat frozen shoulder membaik. Tindakan ini bertujuan untuk melonggarkan beberapa jaringan ikat di sekitar bahu dan biasanya operasi dilakukan dua kali. Operasi pertama disebut manipulasi di bawah anestesi, sedangkan operasi kedua menggunakan arthroscopy untuk memotong jaringan ketat dan parut. Kedua operasi ini dilakukan pada waktu yang bersamaan.

Bagaimana Pencegahannya?

Dikutip dari Cleveland Clinic, menjalani fisioterapi setlah mengalami cedera pada bahu yang menyebabkan bahu teras sakit dapat membantu mengurangi risiko terkena Frozen Shoulder. Selain itu, fisioterapi juga disarankan untuk segera dilakukan oleh penderita yang mengalami stroke untuk mencegah kekaukan pada sendi bahu dan sendi lain yang mungkin terdampak.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika anda atau keluarga anda mengalami gejala yang telah disebutkan diatas, maka segera periksakan ke dokter spesialis orthopedi dan traumatologi terdekat anda. Konsultasikan keluhan seputar kesehatan tulang, otot, sendi anda ke dokter spesialis orthopedi terdekat anda atau ke dokter spesialis orthopedi dan traumatologi di Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi Surabaya.

Poli Orthopedi dan Traumatologi Sakit Orthopedi dan Traumatologi Surabaya buka setiap hari (Senin – Minggu), tanggal merah TETAP BUKA.

IGD, Ambulance, Farmasi, Radiologi, Laboratorium 24 Jam.

Informasi dan pendaftaran :

(031) 574 31 574 / 574 31 299
Whatsapp 0813 3662 1957 / 0813 3787 3131

IGD dan Ambulance :

(031 574 31 574 / 574 31 299 ext 118

Whatsapp 0823 3765 5500

RS Orthopedi dan Traumatologi Surabaya
– Your Bone and Joint Solution –

References :

MayoClinic. Diakses pada 2022. Frozen shoulder.

Healthline. Diakses pada 2022. Frozen Shoulder. 

Medscape. Diakses pada 2022. Adhesive Capsulitis (Frozen Shoulder).

Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Frozen Shoulder

Image :

https://www.freepik.com/free-photo/young-lady-suffering-from-shoulder-pain-green-shirt-looking-uncomfortable_15330814.htm#page=4&query=shoulder%20pain&position=31&from_view=search


CTEV-1.jpg

Congenital Talipes Wquino Varus (CTEV) atau Club Foot atau adalah kondisi konginetal yang sering dijumpai pada bayi. Kondisi ini diakibatkan oleh kekakuan otot dan tendon pada bagian dalam kaki, sehingga kaki tertarik ke arah dalam dan menyebabkan kaki menyerupai huruf O. CTEV terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran. Sejauh ini penyebab CTEV belum diketahui secara pasti (idiopatik ). Namun disinyalir genetik menjadi faktor resiko pada anak yang lahir dengan CTEV.

Anak dengan kondisi CTEV biasanya tidak merasakan sakit, tetapi jika tidak ditangani maka akan mengganggu pertumbuhan. Terutama aktivitas buah hati ketika berjalan dan aktivitas lain seperti anak pada umumnya.

CTEV dapat menyebabkan kelainan pada satu kaki atau dua kaki. Gejala timbulnya pun berbeda. Tergantung pada tingkat keparahannya. Gejala umum yang terlihat pada penderita CTEV adalah sebagai berikut:

  1. Kaki Terlihat Terbalik

Orang tua harus mewaspadai apabila pada saat lahir, kaki anak terlihat bengkok kearah dalam dengan ibu jari kaki menghadap kaki sebelahnya.

  1. Salah satu kaki lebih pendek

Kaki yang mengalami CTEV memiliki ukuran yang lebih kecil. Misalnya 1 cm lebih pendek dari kaki normal.

  1. Otot betis melemah

Otot betis yang melemah ini di sebabkan karena tumit dan otot betis pada penderita CTEV lebih kecil

Gejala CTEV juga dapat di deteksi lebih dini, yaitu pada masa kehamilan dengan deteksi melalui ultrasonography (USG).  Diagnosis CTEV kemudian dipastikan ketika bayi lahir oleh dokter spesialis orthopedi melalui X-Ray pada kaki bayi. Tujuan deteksi dini ini adalah sebagai langkah awal agar buah hati cepat mendapat diagnosa. Sehingga penangangan dapat dilakukan pada saat periode emas , yaitu 1-2 minggu setelah kelahiran dengan harapan angka kesembuhan menjadi lebih optimal.

Umumnya penanganan pada CTEV adalah dengan menempatkan kaki bayi ke posisi yang benar, kemudian disangga dengan gips agar tidak goyang dan tetap pada posisi yang tepat. Pada tahap ini akan membutuhkan waktu sekitar 5-6 minggu dengan penggantian gips setiap 7 hari. Setelah itu gips akan dibuka dan dokter akan melakukan penanganan baru yaitu pemasangan sepatu khusus (dennis brown shoe) sekitar 3 bulan dengan durasi pemakaian 23 jam.

Namun pada beberapa kasus, dokter akan melakukan tindakan operatif. Tindakan operatif ini dilakukan apabila usia anak lebih dari 30 bulan dan telat untuk ditangani atau ketika tindakan non operatif belum membawa hasil yang menggembirakan karena kasus terlalu parah. Tindakan yang akan dilakukan yaitu dengan memanjangkan atau memposisikan ulang tendon dan ligamen untuk memudahkan kaki pindah ke posisi yang lebih baik.

Jadi jangan biarkan masa-masa emas buah hati anda mengalami masalah ini. Jika Anda atau keluarga memiliki masalah ini, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis orthopedi pediatric  kami untuk mendapatkan penanganan terbaik, mulai dari deteksi dini sampai dengan penanganan nonoperasi dan bedah minimal invasive. Penanganan yang tepat diharapkan dapat mengembalikan struktur anatomi pada kaki anak. Sehingga dapat meningkatkan kualitas aktivitas buah hati.

 

Dr. Anggita Dewi, Sp.OT
Jadwal Praktik
Senin – Jumat : 10.00 – 14.00
Sabtu : 14.00 – 19.00
Minggu : 11.00 – 14.00

 

Informasi Pendaftaran :
RS. ORTHOPEDI & TRAUMATOLOGI SURABAYA
JL. Emerald Mansion TX 10, Citraland – Surabaya
(031) 57431574 / 57431299
IGD : 082337655500 ext 118

 

REFERENCE
https://www.mountelizabeth.com.sg/healthplus/article/common-child-orthopaedics-conditions
https://mediakom.kemkes.go.id/index.php/posts/detail/kaki-pengkor-bukan-akhir-dari-segalanya
https://www.sehatq.com/penyakit/clubfoot

 

 

 


parkinson-1.jpeg

 

Salah satu penyakit neuro degenerative yang kerap dialami para Geriatri adalah Parkinson. Sebuah kondisi di mana terjadi pengecilan di daerah tertentu di otak, yang akhirnya menimbulkan gangguan sistem saraf pusat. Parkinson menyebabkan gangguan pada pergerakan, bahkan dalam kasus yang parah akan menyebabkan ketidakmampuan untuk beraktivitas. Untuk pencegahan Parkinson, orang lanjut usia sangat disarankan untuk tetap aktif bergerak atau beraktivitas

 

Gejala Tremor, Kaku, hingga Ketidakseimbangan Tubuh

Parkinson ditandai dengan kerusakan otak di daerah substantia nigra dan basal ganglia, di mana daerah tersebut menghasilkan senyawa dopamin yang berfungsi sebagai neutrotransmiter (penghantar stimulus berupa rangsangan ke sel saraf, baik di otak maupun di otot).

“Supaya seorang manusia bisa bangun dan melakukan gerakan yang lincah dan terkontrol, itu karena adanya senyawa dopamin ini. Jika terjadi kerusakan otak dan terjadi pengecilan, akan terjadi ketidakseimbangan senyawa-senyawa di otak, salah satunya dopamin itu turun. Kalau dopamin turun akhirnya timbul gejala-gejala klinis yang dikenal Parkinson,” jelas  dr. Nita Kurniawati, Sp. S dari RS. Orthopedi dan Traumatologi Surabaya (RSOT).

“Parkinson ditandai dengan empat gejala utama. Pertama adalah tremor atau gerakan gemetar. Pada umumnya di awali terjadi pada satu sisi yang lambat laun menyerang kedua sisi kanan dan kiri. Kedua, gerakan menjadi sangat kaku. Misalnya kesulitan mengubah posisi dari tangan menekuk menjadi lurus. Ketiga, gerakan menjadi lambat. Ini merupakan gejala yang paling banyak dikeluhkan oleh penderita Parkinson. Biasanya terjadi pada saat posisi tidur ke duduk, duduk berdiri yang membutuhkan waktu lebih lama dari lazimnya. Gejala keempat, merupakan fase yang lebih berat yaitu posture instability atau ketidakstabilan postur. Penderita tidak bisa berdiri atau jalan tegak / lurus. Rasanya seperti mau jatuh, itu karena ada gangguan ketidakseimbangan,” urai dr. Nita.

Yang juga digaris bawahi dr. Nita adalah mengenai perbedaan parkinson dengan parkinsonism. Dijelaskan dr. Nita, Parkinson murni  disebabkan oleh neuro degenerative. Sementara parkinsonism itu mirip parkinson, tapi dari penyebab lain, yang bisa menyebakan kerusakan daerah di otak, dan akhirnya bisa menimbulkan gejala parkinson. Salah satu contohnya adalah stroke, di mana stroke bisa menimbulkan gejala mirip Parkinson.

“Usia penderita parkinsonism juga mulai bergeser ke usia yang lebih muda karena penderita stroke juga disebabkan oleh lifestyle. Usia 40 tahun sudah ada yang mulai terkena, tapi gejalanya berbeda. Bukan tremor duluan, justru postural instability lebih dulu. Jalan tiba-tiba sering jatuh, tapi kakunya nggak ada, tremornya nggak ada. Nah, ini kita curigai parkinsonism. Untuk penyakit semacam itu , mutlak dilakukan imaging kepala atau MRI (Magnetic Resonance Imaging),” jelas dr. Nita lagi.

 

Lifestyle Buruk Picu Penurunan Dopamin

Senyawa dopamin yang berfungsi penting dalam pergerakan manusia, bisa menjadi rusak karena banyak hal. “Kerusakan otak itu atau proses penuaan lebih cepat terjadi karena radikal bebas. Radikal bebas bisa muncul karena keracunan, obat-obatan terlarang, dan lifestyle yang kurang bagus.  Lifestyle tidak bagus terlihat dari penampilan fisiknya lebih tua. Begitupun juga otak, mudah mengerut. Jika tidak ada rangsangan dari luar, kemudian orangnya cenderung pasif, diam, tidak ada aktifitas sehari-hari. Jika seperti itu otaknya semakin mengecil,” jelas dr. Nita.

  1. Nita menyarankan agar menerapkan lifestyle yang sehat untuk mencegah kerusakan dopamin. Salah satunya adalah rutin olahraga. “Karena olahraga menghasilkan senyawa untuk melawan radikal bebas. Kemudian untuk dopamin sendiri, ada beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa untuk mencegah supaya perburukan gejala parkinson itu tidak berat, minumlah kopi satu gelas sehari dengan catatan jika tidak ada kontra-indikasi. Jadi kalau tidak ada penyakit lain, kopi boleh dikonsumsi meningkatkan dopamin”.

 

Terapi Penderita Parkinson

Sampai saat ini, penyakit Parkinson belum bisa disembuhkan sepenuhnya. Namun demikian, ada beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan untuk membantu meredakan gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien yaitu melalui terapi penggunaan obat-obatan (medis) dan non-medis. Terapi non medis dilakukan dengan cara bahwa pasien harus tetap melakukan exercise, terus aktif melakukan berbagai aktivitas. Sementara itu, terapi medis adalah dengan penggunaan obat-obatan. “Obat-obatan yang diberikan tersebut bertujuan untuk meningkatkan atau mengganti dopamin dalam tubuh”.

Jika Parkinson sudah berat dan dengan pengobatan tidak membaik, parkinson dapat dibantu dengan tindakan lewat prosedur Deep Brain Stimulation (DBS), yakni memasang alat di otak untuk stimulasi agar mengeluarkan dopamin itu secara berkala. Atau melalui tindakan Bedah pisau gamma (gamma knife) untuk pasien yang tidak dapat menjalani prosedur DBS, bedah pisau gamma dapat menjadi pilihan. Prosedur ini dilakukan selama 15-40 menit, dengan memfokuskan sinar radiasi kuat ke area otak yang terdampak.

 

Harus Tetap Aktif di Usia Senja

Parkinson memang tidak memiliki risiko kematian secara langsung. Namun, pasien tidak dapat beraktivitas karena Parkinson ini. Seperti tidak bisa bangun dari tempat tidur, tidak bisa berdiri, susah makan dan minum sehingga nutrisi terganggu, maka akan berpotensi diikuti penyakit lainnya seperti infeksi paru, infeksi kulit, infeksi saluran kencing, dll. “Jadi parkinsonnya sendiri sebenarnya tidak, tapi komplikasi dari parkinson itu yang menyebabkan kematian,” papar dr. Nita.

“Untuk pencegahan parkinson, orang dengan usia lanjut harus tetap aktif. Walaupun usianya sudah tua, sudah pensiun, tetap harus cari kesibukan supaya tidak mempercepat pengecilan otak dan tetap bisa aktifitas sehari-hari. Karena jika tidak, orang bisa depresi. Pada saat orang depresi, senyawa dopamin, serotonin semua turun, sehingga dalam waktu dekat bisa muncul demensia dan parkinson,” tutupnya

 

 

Nita Kurniawati, Sp.S

(Dokter Spesialis Saraf)

JADWAL PRAKTEK :

Senin    16.00-18.00

Rabu    17.00-18.00

 

ORTHOPEDI & TRAUMATOLOGI SURABAYA
Emerald Mansion TX 10, Citraland – Surabaya

(031) 57431574 / 57431299
IGD : 082337655500 ext 118


nyeri-pinggul.jpg

Pada dasarnya,dua faktor penyebab osteoarthritis atau pengapuran sendi, yang pertama adalah faktor dari dalam,dan lainnya yang berasal dari diri sendiri. Faktor-Faktor ini bersifat “given” dan tidak dapat di ubah.

Faktor yang kedua adalah faktor dari luar seperti berat badan,aktifitas fisik seperti olahraga berat,kerja berat yang bisa mempengaruhui”umur pakai sendi”. Hal lain yang termasuk dalam faktor dari luar ini misalnya kecelakaan,atau memiliki penyakit sendi lain,seperti asam urat atau rematik yang kemudian memicu terjadinya pengapuran sendi.

“Secara umum,wanita memiliki resiko dua kali lebih besar terkena pengapuran sendi,utamanya yang sudah di atas 60 tahun. Pertama karena wanita memiliki hormon estrogen, yang pada saat wanita memasuki masa menepouse,hormon tersebut turun drastis. Padah hormon ini adalah  hormon yang protektif melindungi sendi dan tulang,’’ujar dr Gede Chandra Sp.OT. ’’Oleh karena itu,begitu memasuki masa menepouse,wanita sangat rentan terhadap penyakit sendi dan tulang.”

Selain itu di tambahkan oleh Dr Gede Candra semasa hidupnya ,wanita lebih sering terpapar dengan peningkatan berat badan yang drastis. Misalnya saat hamil,dimana seorang wanita bisa mengalami kenaikan berat badan sekitar 15 kg- 20kg. “itu akan memberikan beban kepada sendi dan mengurangi umur pakai sendi,”terangnya.

Gejala awal yang bisanya menyertai pengapuran sendi,dimanapun tempatnya,baik itu pengapuran sendi lutut,tulang belakang,dan panggul adalah rasa nyeri. Gejala lainnya adalah kalau dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari seperti bejalan,naik dan turun tangga,sholat dll. “Khususnya di sendi panggul di daerah lihat paha,sampai pantat bagian belakang, dan bisa juga menjalar sampai ke lutut,’’jelasnya. “Makanya kalau ada sakit di lutut,jangan lupa sendi di panggul,karena bisa jadi penjalaran dari sana.”

Para penderita pengapuran sendi panggul biasanya juga mengalami kesulitan melakukan aktifitas-aktifitas yang berhubngan dengan menekuk sendi panggul,misalnya duduk,naik tangga,sholat, dll dimana ada tekukan di bagian panggul dan saat ada beban berat ke sendi,misalnya loncat,turun tangga,dll

Untuk itu, Dr Chandra menunturkan, hal yang pertama bisa dilakukan oleh para penderita pengapuran sendi, termasuk, sendi panggul adalah mengurangi beban sendi, misalnya mengurangi berat badan atau aktifitas yang membebani sendi.”Misalnya biasanya suka aerobic, itu kan olahraga high impact untuk sendi panggul,jangan dilakukan lagi,”Ujarnya.

Di RSOT Surabaya,selalu dilakukan penangann multi modal approach. Penanganan pertama di lakukan dengan pemberian obat, kedua dengan fisioterapi, dan ketiga adalah occupational teraphy, yakni memodifikasicara berkerja dan beraktifitas pasien termasuk di dalamnya mengatur diet berat badan.”Pemberian obat sendiri ada obat oral hingga suntik,yakni penggunaan platet rich plasma yang menggunakan darah pasien itu sendiri.”terangnya.

Jika pendekatkan di atas dirasa tidak cukup membantu karena tingkat pengapuran sendi panggulnya sudah masuk dalam fase berat, diaman pasien mengalami nyeri hebat dan sangat menggangu aktifitas,seperti susah bergerak dan berjalan,barulah dilakukan operasi penggantian sendi.

Improvement yang bisa dihasilkan dengan operasi tergolong sangat dramastis. Pasien yang awalnya merasakan sangat sakit di bagian sendinya, sakitnya akan sangat berkurang sehingga aktifitas sehari-harinya bisa berjalan dengan baik lagi.”Memang biasanya kita lakukan pada pasien yang berusia di atas 60 tahun dengan kerusakan sendi yang berat. Prosesnya tidak terlalu lama hanya sekitar 90 menit, dengan masa recovery satu-dua bulan pasca operasi sudah bisa berjalan,”urai Dr Chandra. “Setelah enam bulan bisa olahraga ringan, seperti yoga ringan,jalan kaki, sepeda, renang,masih bisa.”

Kesimpulannya, pada pasien dengan kerusakan sendi berat,penggantian sendi dapat meningkatkan kembali kualitas hidup pasien,membuat pasien bisa melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri.

Pengapuran Sendi Panggul

097448500_1499922622-Ciri-Sakit-Pinggang-yang-Disebabkan-Batu-Ginjal.jpg

Masyarakat pada umunya mungkin berfikir bahwa tulang sendi hanya terjadi pada lutut,panggul, lengan,dsb. Padahal, tulang belakang juga memiliki persendian yang juga mengalami persendian yang juga dapat mengalami resiko osteoarthritis atau pengapuran. Penyebabnya pun hampir sama dengan penyebab osteoarthritis pada lutut dan panggul,dan dapat menyerang siapa saja, misalnya karena kegemukan, usia lebih dari 50 tahun,faktor keturunan, kelainan bentuk,riwayat trauma pada sendi dan pekerja berat.”Tulang belakang ini kan menanggung bedah tubuh, jadi kegemukan bisa jadi salah satu faktor pemicu terjadinya osteoarthritis  pada tulang belakang.’’Ujar Dr Carlos  Gracia Binti,Sp.OT (K) Ketika di temui majalah orthocare di ruang prakteknya di RSOT Surabaya.”Kurangnya exercise atau olahraga juga bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya osteoarthritis pada sendi tulang belakang. “

Penderita pengapuran sendi tulang belakang,menurut Dr Carlos,Biasanya mengalami gejala-gejala yang hampir sama seperti yang dirasakan oleh penderita osteoarthritis pada lutut dan panggul, tentu di tempat yang berbeda, yakni tulang belakang. Keluhan yang dirasakan biasanya adalah rasa nyeri, gangguan pegerakan tulang belakang dan berbagai gangguan lainnya.

“Gejala awalnya biasanya nyeri pinggang,kalau orang jawa menyebutnya dengan sakit boyok. Nyeri di bagian pinggang bawah. Bila pengapuran itu berkembang,nyerinya akan melebar dan lebih berat kadang bisa juga disertai keluhan lain.”Jelas dokter yang dikenal ramah ini.

Dr Carlos menabahkan,pengapuran sendi tulang belakang pada umunya memang menyerang bagian pinggang bahwa,karena daerah itulah yang lebih mobile atau pergerakan paling banyak terjadi”Pada beberapa kasus memang bisa terjadi di beberapa ruas tulang belakang sekaligus. Tapi paling banyak di bagian pinggang bawah. Jika kita melihat prosentase angka kejadian,paling banyak di tulang belakang bagian bawah,”Jelasnya.

Untuk memastikan apakah keluhan tersebut memang benar karena osteoarthritis atau pengpuran tulang belakang atau bukan,pasien dapat melakukan beberapa pemeriksaan seperti foto rontogen atau pemeriksaan MRI untuk diagnosa yang lebih akurat.

Jika memang telah  di diagnosis menderita osteoarthritis tulang belakang, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan.

Menurut dokter yang telah mendapatkan gelar konsultan tulang belakang pada tahun 2013 setalah menempuh pendidikan di jepang dan korae ini, tindakan – tindakan non-operatif selalu di utamakan.

“Biasanya kita melakukan fisioterapi,olahraga, dan pemberian obat. Pada dasarnya kami utamakan tindakan- tindakan non-operatif baru kalau memang betul- betul tidak bisa dan dalam taraf sangat mengganggu, baru kita lakukan operasi.’’tutur Dr Carlos .”Setidaknya berbeda dengan penanganan osteoarthritis  pada lutut dan panggul,menurut Dr Carlos,Pengapuran sendi pada tulang belakang relative memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi,”

Sakit Boyok Tulang Belakang

sakit-lutut-alodokter.jpg

Apa itu pengapuran sendi ? Pengapuran sendi adalah istilah namun untuk menggambarkan suatu penyakit yang disebut OSTEOARTHRITIS (OA). Istilah lain yang yang sering di gunakan masyarakat adalah sendi aus, atau minyak sendinya habis. OA Merupakan suatu keadaan dimana terjadi penipisan tulang rawan atau sendi (aus atau rusak). Penyebabnya bermacam-macam,mulai penuaan,ginetik,obesitas,kelainan bentuk sendi,trauma dsb .

Sendi yang paling sering terkena OA adalah sendi-sendi penahanan berat badan,yaitu sendi lutut,sendi panggul dan sendi tulang belakang. Orang yang berisiko terkena OA adalah yang berusia di atas 50 Tahun.Tetapi bukan berarti OA tidak  bisa terjadi pada yang lebih muda. OA Bisa lebih cepat muncul pada orang yang kelebihan berat badan,olahragawan,dan seseorang yang memiliki kelainan bentuk sendi. (Misalnya lututnya berbentuk huru”O”.

Keluhan utama orang yang terkena OA adalah nyeri pada sendi. Apabila yang terkena adalah sendi yang menopang berat badan,misalnya sendi lutut,maka keluhannya adalah nyeri pada lutut. Nyeri lutut biasanya memberat saat di pakai jalan jauh,atau saat mau berdiri dari posisi duduk atau jongkok. Seringkali pasien juga merasa ngilu saat bersujud ketika melakukan sholat. Hasil pemeriksaan foto rontogen sering sekali menunjukan adanya penyempitan celah sendi, disertai penumbuhan tonjolan tulang (osteofit) yang lalu di istilahkan sebagai pengapuran sendi.

Bagaimana penangannanya ?

Kerusakan tulang rawan bisa di golongkan menjadi kerusakan ringan,sedang,atau berat. Pada kerusakan ringan dan sedang, pengobatan bisa dilakukan secara non operatif, yaitu melalui pemberian obat,latihan penguatan otot,dan fisioterapi.

Obat yang diberikan umumnya adalah obat anti nyeri, dan obat nutrisi tulang rawan, yaitu glukosamin. Pemberian glukosamin dapat dilakukan dengan cara diminum,dioles atau disuntikan langsung kedalam sendi.

Alternatif terapi lain adalah obat yang disebutkan ke dalam sendi adalah dengan pemberian PRP (Platet Rich Plasma). PRP merupakan hasil pemrosesan darah pasien sendiri,berupa trombosit yang kaya akan zat – zat penyembuhan.

Sementara itu,pada kerusakan tulang rawan yang berat,intensitas pengobatan konservatif (obat,latihan,dan penyuntikan) tidak dapat mengurangi nyeri,sehingga pilihan terbatas pada operasi.

Operasi yang di lakukan adalah mengganti sendi yang rusak dengan sendi baru yang terbuat dari campuran logamyang ringan namun kuat. Dengan pergantian sendi, nyeri yang dirasakan dapat berkurang drastic,dan pasien bisa kembali menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa gangguan.

Di RSOT Surabaya,Operasi ganti sendi umunya memerlukan waktu operasi yang lebih singkat, karena menggunakan teknologi penggantian sendi yang ringkas dan lebih presisi. Waktu pemulihan pasca operasi berakhir antara 3-5 hari, bergantung pada kondisi pasien.

Nyeri Lutut


happy-baby-learning-to-walk-with-mother-help_1627-34-9c56348a43ea0b1334b455dc95cfd71a_600xauto.jpg

Salah satu hal yang berkembang dengan salah di masyarakat adalah bahwa ketika anak berjalan dan membentuk huruf O atau X,itu mengindikasikan anak tersebut memiliki kelainan tulang. Siapa sangka, hal tersebut termasuk ke dalam fase tumbuh kembang tulang pada anak-anak. Lantas,apa saja yang dapat disebut kelainan tulang anak dan bagaimana cara mengetahuinya?

Tidak seerti orang dewasa,tulang anak –anak masih masuk ke dalam masa pertumbuhan sehingga memiliki respon tubuh yang berbeda terhadap trauma fisik dan infeksi dibandingkan orang dewasa. Hal tersebut juga turut mempengaruhui deformitas atau perubahan bentuk yang terjadi.

“Karena anak bukan miniature orang dewasa, itulah yang membuat penanganan kelainan muskoloskeletal pada anak berbeda dengan pada orang dewasa,” jelas dr Anggi Dewi Sp.OT. Muskuloskeletal sendiri adalah kelainan pada alat gerak,tulang,sendi,otot dan saraf.

Salah satu kelainan muskuloskeletal yang sering di temui para anak-anak adalah kelainan bawaan bentuk anggota gerak seperti club foot ( kaki bengkok),skoliosis ( perkembangan tulang belakang),dan intoeing (kaki burung merpati).

Club foot terjadi kaki berubah dari posisi yang normal menjadi seperti tongkat golf atau Congenital Talipes  Equino-Varus (CTEV). Club foot terjadi karena congenital dan hingga kini kasus yang banyak ditemukan adalah idiopatik ( belum diketahui penyebabnya). Jika tidak segera ditindak lanjuti,maka penderita club foot akan mengalami kesulitan berjalan,nyeri bahkan disabilitas.

“Club Foot pada bayi baru lahir dapat langsung ditindak lanjuti dan tidak memerlukan tindakan operasi. Kita hanya akan mengoreksi dengan menggunakan gips,itu juga membutuhkan waktu yang lama.”Jelas Dr Anggi Sp.OT. ’’Jika Club Foot  terlambat di tangani maka di perlukan tindakan operasi.”Karena tulangnya sudah tidak dalam fase tumbuh kembang lagi.’’

Selain itu banyak pula yang menyatakan bahwa kaki berbentuk O atau X diakibatkan oleh cara belajar yang salah. Dr Anggi Sp.OT pun menanggapi hal yang berkembang salah di masyarakat tersebut,’’itu merupakan fase kembang tulang dan sendi yang normal pada anak.”

Untuk bayi baru lahir sampai usia 2 tahun, secara normal kakinya berhuruf O,yang secara perlahan akan lurus ketika berumur 2,5 tahun. Kemudian mulai membentuk huruf X pada usia 3-5 Tahun.Pada usia 5 tahun ke atas,barulah sendi membentuk seperti lutu dewasa.

“ Jadi pada orang tua tidak usah cepat cemas apabila anaknya yang baru dapat berjalan membentuk huruf O.’’ujarnya. Ketika telah menginjak 5 tahun ke atas dan sendi lutut berubah, barulah sebaik baiknya diperiksakan kembali pada ahli bedah anak untuk dilakukan evaluasi dan menejemen penanganan.

Hal yang patut digaris bawahi dalam menangani anak adalah bahwa anak- anak tidak selalu dapat mengutarakan keluhan yang dirasakan dan belum bisa menjawab bagaian mana yang dirasa sakit.’’Disinilah orang tua berperan penting. Butuh kesabaran,ketelitan,dan kemampuan berkomunikasi agar anak dapat relaks dan mau diperiksa .’’

Orang tua juga hendaknya memperhatikan cara anak berjalan dan pertumbuhan anak, karena semakin dini kelainan tulang di deteksi maka keberlangsungan hidup anak-anak akan semakin tinggi dan baik.

“Yang paling penting adalah menjaga kesehatan ibu hamil trimester pertama dan kedua,selalu periksa kesehatan,dan bertanya pada ahli apabila ditemukan kelainan.’’pungkas Dr.Anggi.

Kenali Kelaianan Tulang Pada Anak

de960c5c69de7abb914f4ad5a167f142.jpg

Banyak di antara masyarakat yang tidak menyadari bahwa tulangnya sudah mulai keropos dan baru datang ke rumah sakit dalam kondisi tulang yang retak atau patah. Padahal, dengan tindakan presenvif atau pencegahan, sebenarnya osteoporosis dapat di cegah atau di minimalisir. Apa saja yang bisa dilakukan ?

Tulang adalah anggota tubuh yang sangat vital, karena berfungsi untuk menyangga tubuh. untuk itu menjaga tulang agar tetap sehat merupakan hal yang sangat penting. Asupan kalsium yang cukup mutlak diperlukan untuk memastikan bahwa tulang tetap dalam kondisi yang baik.

Bereita baiknnya,kita diberi kesempatan untuk dapat menabung kalsium hingga sekitar umur 35 tahun. Dengan tabungan kalsium hingga sekitar umur 35 tahun. Dengan memasuki usia 35 tahun ke atas, diamana penyerapan kalsium pada tulang sudah berangsur pengeroposan tulang bisa dihindari atau diminimilasir.

“Jadi harus dipastikan bahwa sejak dini kandungan,masa perkembangan,hingga dewasa, asupan kalsium kita tercukupi,”uiar Dr Hennry Ricardo Handoyo Sp.OT.,M.Biomed ketika ditemui tim majalah Orthocare di ruang praktiknya di Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi (RSOT) Surabaya.

Namun Dr.Hennry juga meminta masyarakat tidak salah presepsi dengan ajakan untuk menabung kalsium sedari dini. Menurutnya, menabung bukan berarti mengkonsumsi asupan kalsium bukan berarti mengkonsumsi asupan kalsium secara ekstrim,karena manusia  sudah memiliki takaran kebutuhan kalsium per harinya. Jika asupan kalsium berlebih maka akan di buang lewat air seni atau buang air besar.

“Jadi harus bijak juga, karena kelebihan kalsium mungkin juga menimbulkkan efek samping. Misalnya untuk jantuing,karena kalsium juga berfungsi untuk kontrasi otot,sehingga kontrabilitas jantung dapat meningkat. Mungkin juga berimbas ke ginjal yang jadi terbebani karena kalsium ini di buang melaui ginal.”terangnya.”Orang dewasa membutuhkan 1200 mg-1300 mg kalsium per hari. Tidak perlu setiap makan dihitung milligram kalsiumnya,nanti malah repot. Intinya setiap hari minum susu atau makan buah sayur, itu sudah bagus.

Beberapa makanan yang tinggi akan kalsium yang cukup memenuhui kebutuhan kalsium antara lain susu dan turunanya memiliki kandungan kalsium yang sangat tinggi,seperti yougurt dan keju yang menurut penelitian memiliki kandungan kalsium paling tinggi.
Sumber kalsium terbaik juga bisa didapat dari buah dan sayur. Ada empat sayuran yang memiliki tinggi kalsium yakni Sawi,bayam,lobak hijau dan kubis. Sementara dari buah ada jeruk,pisang,stroeberi,dll

Menurut Dr Henry, Selain susu,sumber kalsium terbaik juga bisa dapat dari vitamin D yang merupakan “Best friend” dari kalsium. Beberpa makanan yang mengandung vitamin D adalah ikkan-ikan dari laut dalam seperti salmon,tuna sarden,dll  

Hidup Sehat Hingga Masa Tua

Copyright by Surabaya Orthopedi 2021

WhatsApp Live Chat