Please wait...



Blog

CLASSIC LIST

IMG_8461-1200x800.jpg

Rehabilitasi Medik merupakan pelayanan terapi yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi tubuh yang mengalami masalah seperti saraf terjepit, cedera, patah tulang, maupun pemulihan pasca tindakan operasi. Dalam perjalanannya, ketika seseorang mengalami patah tulang, nyeri sendi maupun gangguan saraf lainnya, akan berakibat pada terganggunya pergerakan tubuh sehingga pekerjaan bisa terganggu. Bahkan menurunkan kualitas hidup seseorang jika sudah terjadi kelumpuhan.

Di Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi Surabaya, menyediakan layanan Rehabilitasi medis kolaboratif dimana dokter Spesialis Orthopedi akan berkolaborasi dengan dokter spesialis Rehabilitasi Medik untuk membantu meredakan nyeri pasien dan mengembalikan fungsi tubuh. Sehingga pemulihan akan maksimal dan lebih cepat.

Dokter spesialis rehabilitasi medik akan mendiagnosis dan memberikan terapi pada kondisi yang mengganggu sistem muskuloskeletal anda agar kembali seperti sedia kala. Dokter akan membuat program rehabilitasi medik untuk membantu pasien salah satunya melalui fisioterapi.

Selanjutnya setelah serangkaian program rehabilitasi dijalani oleh pasien, dokter spesialis rehabilitasi medik akan melakukan evaluasi dan menyampaikan hasil evaluasinya kepada dokter pengirim dalam hal ini adalah dokter spesialis orthopedi dan traumatology. Dari terapi kolaboratif ini, diharapkan pasien bisa Kembali mendapatkan fungsi tubuhnya dan kualitas hidup pasien meningkat

Kondisi yang ditangani dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik (Sp.KFR) di Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi Surabaya.

Dokter rehabilitasi medik berfokus pada terapi modalitas fisik untuk menangani kondisi pasien, antara lain :

  1. Pemulihan setelah menjalani operasi besar, seperti operasi penyambungan tulang, operasi ganti sendi, operasi pada saraf dan tulang belakang
  2. Nyeri akut maupun kronis, misalnya akibat radang sendi, nyeri punggung/pinggang, dan cedera berulang
  3. Operasi pada tulang atau sendi serta amputasi
  4. Cedera dan trauma, termasuk patah tulang, luka bakar, cedera otak, dan cedera tulang belakang.
  5. Nyeri kronis, seperti sakit pinggang dan sakit leher bertahun-tahun.
  6. Nyeri sendi yang berlangsung menahun.

Terapi yang Dilakukan Oleh Dokter Rehabilitasi Medik di RS Orthopedi dan Traumatologi Surabaya

Ada berbagai macam program latihan, dan pengobatan yang dapat dilakukan oleh dokter rehabilitasi medik untuk memulihkan kondisi kesehatan pasien. Jenis penanganan dan program yang diberikan akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing pasien.

Berikut adalah beberapa jenis penanganan yang dilakukan oleh dokter spesialis rehabilitasi medik di RS Orthopedi dan Traumatologi Surabaya :

  1. Terapi Okupasi

Terapi okupasi merupakan perawatan khusus yang dilakukan oleh dokter rehabilitasi medik untuk membantu pasien dengan keterbatasan fisik seperti pasien pasca operasi patah tulang, pasien pasca operasi ganti sendi, sprain/strain (keseleo) dll. Dengan terapi okupasi, pasien akan dibimbing agar bisa beraktivitas lebih mandiri dan produktif, mengajarkan cara makan dan minum, mandi, berpakaian hingga berjalan. Atau bisa juga mengajarkan cara memakai alat bantu seperti kruk atau kursi roda.

  1. Fisioterapi

Tujuan dilakukan fisioterapi adalah untuk meningkatkan fungsi serta kekuatan sendi dan otot. Terapi ini umumnya akan dilakukan oleh dokter rehabilitasi medik dengan bantuan fisioterapis. Dengan menjalani fisioterapi, keterbatasan gerak yang dialami pasien dapat teratasi, sehingga kemampuan mereka untuk berdiri, menyeimbangkan tubuh, berjalan hingga menaiki tangga akan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Terapi ini ditujukan bagi pasien yang mengalami cedera dan gangguan fisik seperti, saraf terjepit (HNP), pasien yang baru menjalani operasi tulang atau saraf, serta pasien yang menjalani .

  1. EMG-NCV

Merupakan prosedur pemeriksaan untuk mengukur atau merekam kecepatan aktivitas listrik otot dan saraf yang mengontrolnya. Pemeriksaan ini dapat mendiagnosis gangguan pada otot, saraf, atau keduanya. EMG-NCV di RS Orthopedi dan Traumatologi Surabaya dilakukan oleh 2 dokter spesialis yaitu dokter spesialis rehabilitasi medik dan dokter spesialis saraf. Dokter spesialis rehabilitasi medik dan dokter spesialis saraf akan menyarankan dilakukannya EMG-NCV apabila mengalami gejala-gejala gangguan otot atau saraf tanpa diketahui penyebab yang jelas seperti, kesemutan, mati rasa, kelemahan otot, nyeri atau kram pada otot, kedutan pada otot. Sedangkan penyakit yang bisa didiagnosa dengan menggunakan EMG-NCV adalah gangguan otot seperti distrofi otot, gangguan pada saraf yang mempengaruhi otot (myasthenia gravis), gangguan pada saraf tepi (neuropati perifer), penyakit saraf motoric (ALS/Polio), dan gangguan saraf pada tulang belakang (HNP)

Kapan Harus Mengunjungi Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik?

  1. Menderita penyakit atau cedera yang menyebabkan gangguan fisik (Kelumpuhan atau hilangnya fungsi normal pada bagian tubuh tertentu), atau setelah direkomendasikan untuk dilakukan terapi oleh dokter spesialis orthopedi dan traumatologi.
  2. Nyeri berulang karena saraf terjepit, maupun patah tulang / nyeri kronis
  3. Telah menjalani operasi besar yang memerlukan latihan atau penyesuaian untuk melakukan aktivitas tertentu.

Sebelum berkonsultasi ke dokter rehabilitasi medik, sebaiknya anda mempersiapkan surat rujukan dari dokter lain seperti dokter spesialis orthopedi dan traumatology dan/atau dokter spesialis lainnya.

 

Informasi Pendaftaran :

ORTHOPEDI & TRAUMATOLOGI SURABAYA
JL. Emerald Mansion TX 10, Citraland – Surabaya
(031) 57431574 / 57431299
IGD : 082337655500 ext 118

 

Referensi :

Healthline (2018). Electromyography (EMG).

https://www.healthline.com/health/orthopedic-physical-therapy#what-is-it

https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-is-a-pmr-physician

http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/N2VaaXIxZGZwWFpEL1VlRFdQQ3ZRZz09/2017/12/Peran_dan_Dukungan_PERDOSRI_dalam_implementasi_meningkatkan_Derajat_Kesehatan_Masyarakat_dan_Penyandang_Disabilitas_dr_Dian_Naka_Eriawati_SpKFR.pdf

Mayo Clinic (2019). Tests & Procedures. Electromyography (EMG).

 

 


Badminton.jpg

  • QUESTION

Selamat siang, dok.

Sebelumnya terima kasih sudah diberi kesempatan untuk bertanya lewat rubrik konsultasi majalah Orthocare ini. Nama saya Eko, 30 tahun. Yang ingin saya tanyakan adalah mengenai ayah saya. Beliau sudah berumur hampir 60 tahun. Tapi sampai saat ini masih sangat aktif berolah raga bulutangkis, yang sudah jadi rutinitas beliau sejak muda.

Masalahnya, saat ini saya sering khawatir karena usia beliau sudah cukup sepuh. Tapi intensitas bulutangkisnya masih sangat sering. Seminggu, bisa dua sampai tiga kali beliau masih berlatih. Yang ingin saya tanyakan, apakah intensitas tersebut tidak berbahaya bagi orang seusia beliau. Gerakan-gerakan apa yang harus dihindari dan bagaimana batas amannya saat bermain bulutangkis? Karena keluarga sudah meminta beliau untuk mengurangi intensitas bermain, tapi beliau tidak mau, karena memang sudah hobi.

Terima kasih jawabannya

Eko, Surabaya

 

  • ANSWER

Yth Tn. Eko

Olahraga memang bisa dilakukan oleh kalangan usia berapapun, baik tua maupun muda. Seberapa tinggi intensitas olahraga yang diperbolehkan tidak semata-mata bergantung pada usia. Usia boleh saja hampir 60 tahun, tapi selama fisik masih mendukung dan tidak ada keluhan yang dirasakan, maka olahraga tersebut boleh dilakukan.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa semakin kita menua, akan semakin menurun kemampuan fisik kita. Organ-organ tubuh tidak akan luput dari proses penuaan. Sehingga tetap harus lebih berhati-hati bila memasuki usia di atas 50 tahun.

Olahraga yang dianjurkan untuk kalangan usia di atas 50 tahun adalah olahraga low impact, non-kontak, dengan intensitas ringan-sedang. Misalnya jalan kaki, sepeda, berenang, yoga dan jogging.

Badminton memang termasuk olahraga high impact. Sehingga, apabila masih tetap ingin melakukan olahraga ini, disarankan untuk mengurangi intensitas, frekuensi, dan durasinya. Misalnya, badminton 2-3 kali seminggu, maksimal 1 jam, dan sebisa mungkin mengurangi gerakan-gerakan yang eksplosif.

Juga untuk diwaspadai, karena badminton termasuk olahraga overhead, dimana tangan dan siku sering berada lebih tinggi dari bahu, maka rawan mengalami cedera bahu. Untuk menghindarinya, lakukan pemanasan dan peregangan yang cukup, utamanya bahu, selama 10-15 menit sebelum olahraga.

Salam,

dr. Gede Chandra, Sp.OT

 

 

Bagi Anda yang ingin mendapatkan informasi awal mengenai keluhan-keluhan seputar kesehatan tulang dan sendi, dapat mengirimkan pertanyaan kepada para dokter ahli di Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi (RSOT) Surabaya melalui rubrik Konsultasi. Kirim pertanyaan Anda ke email: rsot@surabayaorthopedi.com Subjek/judul: “TANYA DOKTER”


pertolongan-pertama-cedera.jpeg

Tips penanganan awal saat cedera olahraga dengan menggunakan PRICE :

  1. PROTECTION

Melindungi area yang mengalami cedera. Gunakan brace atau penyangga, elastic bandage.

  1. REST (ISTIRAHAT)

Saat timbul cedera, maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah menghentikan aktivitas olahraga sesegera mungkin. Minimal 48-72 jam.

  1. ICE (ES)

Gunakan es yang dibalut kain untuk mengompres area yang cedera. Bisa juga menggunakan air dingin yang diletakkan padaa botol kaca. Lakukan secara rutin 15-20 menit setiap tiga jam selama masa akut, yakni 49-72 jam. Jangan gunakan air hangat, karena akan menambah pembengkakan.

  1. COMPRESSION (PENEKANAN)

Lakukan balutan pada area yang cedera untuk mengurangi pembengkakan. Gunakan elastic bandage. Jangan terlalu kendor dan jangan terlalu kencang. Balutan yang terlalu kendor tidak akan memberikan efek apa-apa pada cedera, sementara balutan yang terlalu kencang akan menimbulkan nyeri dan bengkak.

  1. ELEVATION (PENINGGIAN)

Saat tidur atau istirahat, posisikan kaki yang cedera sedikit lebih tinggi dari jantung agar pembengkakan bisa berkurang, bisa dengan bantal, handuk, dll. Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri dan mengurangi aliran darah kebagian tersebut yang menambah parah inflamasi (peradangan) yang terjadi.

 

Selain keempat pertolongan pertama tadi, ada empat   hal juga yang harus dihindari saat terjadi cedera olahraga yaitu HARM ( Heat, Alcohol, Running, dan Massage ).

  1. HEAT

Hindari kompres atau merendam bagian yang cedera dengan air hangat.

  1. ALCOHOL

Jangan meminum alkohol karena berisiko meningkatkan pendarahan dan pembengkakan.

  1. RUNNING

Hentikan aktivitas yang akan memperparah kerusakan ligament, termasuk lari dan olahraga lainnya.

  1. MASSAGE

Jangan dipijat, karena akan menambah risiko pembengkakan dan pendarahan.


lari.jpg

CEDERA adalah hal yang sangat lazim dalam olahraga. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang baik mengenai pencegahan dan penanganan awal pada sport injury atau cedera olahraga.

Secara definisi, sport injury adalah cedera yang didapatkan pada saat berolahraga. Bagian tubuh yang umum mengalami cedera saat berolahraga adalah lutut, ankle atau pergelangan kaki, bahu dan pergelangan tangan.

Menurut dr. Theri Efendi, Sp. OT, cedera pada lutut biasa terjadi karena terjadi robekan pada ligament dan jaringan lunak lainnya seperti meniscus (jaringan yang menempel pada tulang paha dan tulang kering), cedera pada tulang rawan, dan cedera otot di sekitar lutut seperti hamstring, quadriceps, dll. Cedera yang serig terjadi pada lutut adalah cedera Anterior Cruciate Ligaments (ACL) yang merupakan jaringan yang menghubungkan tulamg paha dengan tulang kering di sendi lutut.

Sementara di daerah ankle, yang paling sering terjadi adalah sprain ankle, atau dalam istilah awam biasa disebut dengan keseleo. Pada ankle, ligamen yang paling lemah dan sering cedera adalah anterior ligament. Selain itu, cedera pada ankle yang sering terjadi adalah pada tendon achilles, yang merupakan tendon besar di belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis ke tulang tumit. Otot-otot ini biasanya sangat berperan pada aktivitas berjalan, berlari, dan melompat. Selain itu, cedera olahraga juga dapat terjadi karena olahraga yang repetitive, overused atau dilakukan dengan intensitas sangat tinggi, sehingga melebihi beban tulang, yang dalam istilah medis disebut dengan stress fracture.

“Cedera-cedera tersebut sering terjadi pada olahraga-olahraga high impact dan cenderung banyak body contact-nya. Seperti sepak bola, basket, dll”, terang dr. theri. “Cedera olahraga paling banyak disebabkan karena body contact, tabrakan saat main. Baru yang kedua karena kesalahan sendiri, gerakan tertentu yang salah. Loncat dengan jatuh posisi tidak betul, atau melakukan Gerakan memutar seperti pivot (Gerakan berputar secara tiba-tiba dengan berporors salah satu kaki, red) itu juga paling sering menyebabkan cedera pada lutut dan ankle.”

Untuk itu, dr Theri menekankan pentingnya pemanasan dan pendinginan untuk menghindari cedera. Meski dr. Theri tidak memungkiri, bahwa cedera pun dapat terjadi pada saat warming-up dan cooling down. “Itu sebabnya, kita harus tahu batasan atau kemampuan kita sendiri. Latihan sejak dini dan rutin juga diperlukan, agar otot lebih kuat dan siap untuk diajak berolahraga. Pemanasan dan pendinginan dengan baik tetap harus dilakukan sebelum dan sesudah berolahraga,” urainya.

Ditambahkan dr. Theri, cedera olahraga dewasa ini memang semakin meningkat. Hal tersebut berkaitan dengan tren olahraga yang juga makin banyak digemari, termasuk olahraga urban sport, seperti running. Kompetisi-kompetisi tingkat sekolah juga makin banyak diselenggarakan. “Salah satunya yang sedang in adalah olahraga lari. Merasa mau event, persiapan kurang, tapi ingin sampai finish. Jarak yang diambil yang pertengahan atau paling panjang. Memaksakan diri, akhirnya cedera,” papar dr. Theri, “Nutrisi juga harus diperhatikan. Walaupun bukan atlet, pengetahuan mengenai nutrisi untuk menunjang olahraga juga harus jadi perhatian, agar tidak kelelahan karena asupan nutrisi yang kurang saat berolahraga.”

 

JANGAN DIKOMPRES AIR HANGAT, LAKUKAN RICE

Meski sederet persiapan sudah dilakukan, seringkali cedera saat berolahraga tidak dapat dihindari. Jika sudah terjadi, pengetahuan mengenai penanganan pertama sangat diperlukan. “Yang pertama harus dilakukan adalah Rest (istirahat). Jangan melakukan olahraga terlebih dahulu,” ujar dr. Theri.

Kemudian, Langkah berikutnya adalah Teknik ICE, yakni icing, compressing, dan elevating. Icing adalah mengompres cedera dengan es atau air dingin. Menurut dr. Theri, salah satu kesalahan yang umum terjadi pada masyarakat awam saat mengalami cedera adalah mengompres cedera dengan menggunakan air hangat.

“Kalau cedera itu sebenarnya ada kerusakan jaringan di dalam, kerusakan jaringan lunak di dalam, termasuk di dalamnya pembuluh darah. Kalau dikasih hangat, pembuluh darah tidak malah menyempit tapi malah melebar, akhirnya pendarahannya akan semakin banyak,” papar dr. Theri. “Kalau dikasih es, kontraksi, pendarahannya berkurang dan bengkaknya akan cepat kempis. Dikompres alcohol juga tidak betul. Penanganan dengan cara dipijat juga merupakan langkah yang sangat fatal, karena jaringan yang mengalami cedera akan semakin parah.”

Proses elevating juga penting, dimana bagian yang cedera harus diposisikan lebih tinggi dari jantung. Jika kaki dapat digantung atau diletakkan lebih atas, kalau tangan dapat digendong. “Kalau perlu dibebat, juga pastikan bebatannya tidak terlalu kecang, tapi juga tidak terlalu kendor,” katanya. “Kalau misal belum membaik, segera bawa ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut jika diperlukan.”

 

PENANGANAN TERINTEGRASI DI RSOT

Seiring dengan tren olahraga, penanganan pada sport injury di Indonesia juga terus berkembang,. Tak terkecuali di RS Orthopedi dan Traumatologi (RSOT) Surabaya, yang juga memiliki dokter-dokter orthopedi dengan sub spesialisasi sport injury.

RSOT juga menerapkan teknologi-teknologi penanganan terkini dengan peralatan modern. Salah satunya adalah arthroscopy, Teknik operasi minimal invasive dengan luka yang sangat kecil bahkan kurang dari 1cm dan prosesnya recovery yang sangat cepat.

Selain itu, RSOT juga memiliki tim rehab medik dari dokter dan fisioterapis yang memiliki program dan Standart Of  Procedure (SOP) yang jelas, baik penanganan cedera dengan operasi maupun tanpa operasi. Hal tersebut sangat membantu dalam memantau kapan seseorang yang mengalami cedera dapat melakukan olahraga kembali. Itu sebabnya, selama ini, RSOT dipercaya oleh berbagai klub dan atlet professional dalam penanganan cedera, termasuk para atlet Persebaya Surabaya, dan berbagai klub professional lainnya.

“Target pemulihannya berapa sangat jelas. Mereka bisa tahu, kapan mulai bisa Latihan lagia, kapan bisa tanding lagi, dan seterusnya,” papar dr. Theri. “Sebab, dalam penanganan sport injury di RSOT ini, harapannya dia bisa kembali berolahraga, minimal sama kemampuannya dengan sebelum cedera, atau bahkan lebih baik. Bukan menurun atau malah pension,” tutup dr. Theri.


protein.jpg

Cedera olahraga merupakan suatu hal yang tidak diharapkan dari seorang atlet olahraga saar menjalani pertandingan maupun saat latihan. Cedera pada atlet haruslah cepat ditangani dengan benar, agar tidak terjadi hal yang fatal. Hal yang sering terjadi pada atlet kebnayakan adalah cedera yang walnya tidak dirasa, namun lama kelamaan sakitnya akan memberat hingga memerlukan tindakan operasi. Pada artikel ini akan dibahas jenis makanan yang dapt mempercepat pemulihan cedera agar dapat berktivitas kembali saperti semula.

  1. Makanan Tinggi Protein

Protein merupakan zat pembangun yang dibtuhkan tubuh untuk mengganti sel-sel yang rusak. Mengkonsumsi makanan tinggi protein dapat mengurangi inflamasi/peradangan serta mengembalikan massa otot yang hilang. Makanan tinggi protein antara lain, daging sapi, ayam, ikan, telur, kacang-kacangan, tahu, tempe, susu dan produk olahan susu.

  1. Makanan Tinggi Serat

Pada seseorang yang mengalami cedera, aktivitas fisik yang dilakukan akan berkurang, sehingga diperlukan makanan tinggi serat untuk melancarkan pencernaan guna mencegah terjadinya sembelit. Begitupula jika kita mengkonsumsi makan tinggi serat agar asam lemak yang di hasilkan dari makanan sumber protein tidak menumpuk yang dapat menyebabkan kandungan lemak di dalam tubuh meningkat dan berbahaya bagi kesehtan tubuh. makanan yang tinggi serat terdapat pada sayuran, kacang-kacangan dan biji-bijian.

  1. Vitamin C

Vitamin C bermanfaat dalam proses penyembuhan selain fungsi antioksidan, merupakan komponenutama jaringan ikat (connective tissue), meningkatkan pertumbuhan fibroblast  dan chondrocyte (produksi jaringan ikat dan kartilago).

Makanan tinggi vitamin C yaitu paprika merah dan kuning, jeruk, mangga, tomat, papaya, berry, kiwi dan sayuran berdaun gelap.

  1. Makanan Tinggi Kalsium dan Vitamin D

Kalsium penting untuk perbaikan kepadatan tulang dan kontraksi otot normal. Untuk membentuk penyerapan kalsium, dibutuhkan vitamin D. Makanan tinggi vitamin D seperti kuning telur, jamur, susu, ikan salmon, tuna.

  1. Seng (Zn)

Seng (Zn) komponen penting dalam membantu penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan. Kekurangan seng (Zn) dalam makanan menunda penyembuhan luka. Makanan yang mengandung seng (Zn) didapat pada kerang, ikan, daging sapi, ayam, legume, kacang-kacangan.

  1. Magnesium

Magnesium berperan penting dalam pembentukan tulang dan meningkatkan kekuatan tulang. Magnesium dapat ditemukan pada alpukat, kacang mete, kacang tanah, almond, kacang merah, kacang polong.

Pada dasarnya, setiap olahraga yang dilakukan memiliki kebutuhan akan asupan gizi yang cukup. Namun, ada baiknya anda mngkonsumsi asupan yang cocok dengan aktivitas olahraga yang biasa anda laukan. Apa saja? Berikut diantaranya :

  1. Basket

Makanan yang dianjurkan untuk olahraga basket adalah makanan yang mengandung perpaduan antara karbohidrat dan protein, seperti paduan nasi dan ayam, atau sandwich atau rotis daging. Tapi makanan berat sperti ini disarankan dikonsumsi sekitar 2 jam sebelum main. Jika kurang dari itu, akan berpotensi menimbulkan kram perut.

Sebelum pertandingan dimulai, juga disarankan untuk mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran.

  1. Running

Sama dengan basket, asupan yang disarankan untuk dikonsumsi beberapa jam sebelum melakukan olahraga lari adalah karebohidrat. Hal ini dikarenakan karbohidrat lebih mudah dicerna dan dapat diandalkan sebagai sumber energy saat berolahraga. Berbeda dengan  lemak yang membutuhkan waktu yang lama untuk dicerna.

Jika ingin melakukan sprint, ada baiknya anda mengkonsumsi asupan yang menjaga perut tetap ringan. Anda bisa mengkonsumsiselai kacang, madu, pisang atau susu cokelat.

  1. Sepak Bola

Sepakbola adalah salah satu olahraga dengan durasi yang cukup panjang. Untuk itu, diperlukan strategi asupan untuk menjaga stamina anda tetap prima sepanjang pertandingan.

Pada masa istirahat half-time,  anda bisa mngkonsumsi telur rebus yang mengandung banyak protein dan dapat membantu tubuh memperbaiki jaringan yang rusak dan menjadi bahan bakar otot-otot tubuh.

 


service-sports-1.jpg

Sisi rehabilitasi medik menjadi unsur yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari penanganan sport injury. Yang menarik, tak hanya sisi fisik saja, sisi psikologis ternyata juga punya peran penting dalam pemulihan cedera olahrga. Seperti apa?

Secara umum, permasalahan yang terjadi pada sport injury  adalah dikarenakan overused atau latihan yang berlebihan, salah gerak dan benturan saat melakukan kegiatan olahraga. hal tersebut kemudian menimbulkan rasa nyeri yang tidak jarang diikuti dengan bengkak sehingga sesorang tidak dapat melakukan aktivitas olahraga seperti biasanya.

Itu sebabnya,menurut dr. Hasan Wijaya, Sp. KFR, dari sisi rehabilitasi medik, fase pertama yang harus dilakukan adalah mengatasi rasa nyeri dan bengkak yang terjadi. “Harus ada program rehabilitasi medik yang tepat yang mengatasi  nyeri atau bengkak tersebut,” ujuar dr. Hasan.

Penanganan pada rasa nyeri dan bengkak tersebut dapat dilakukan dengan dua cara. Yang pertama adalah dengan obat-obatan dan yang bisa juga dilakukan dengan metode interventional pain management, yakni melakukan injeksi yang biasanya dilakukan dengan guiding USG untuk memastikan penyebaran obat yang dimasukkan. Yang kedua dengan memakai modalitas seperti Ultrasound Diathermy, laser terapi dan electrical stimulasi.

Setelah mengatasi rasa nyeri dan bengkak, fase berikutnya yang dilakukan dalam rehabilitasi medic pada sport injury adalah memastikan bahwa pasien atau atlet dapat bertahap melakukan gerakan-gerakan olahraga seperti sebelumnya, dengan latihan-latihan atau prgra, yang ditetapkan sesua kasus masing-masing “Misal dengan latihan luas gerak sendi dan semacamnya. Karena biasanya, kalau sudah lama tidak dipakai,kekuatan otot biasanya juga menurun. Bisa luas gerak sendinya berkurang. Misal patah, atau ACL, dilakukan operasi jadi agak kaku. Luas gerak sendinya bisa kita lakukan terapi sehingga bisa seperti sbelumnya,” terang dr. Hasan.

Fase berikutnya yang bisa dilakukan setelah kekuatan otot dan luas gerak sendi telah mendekati kondisi awal adalah melatih agar atlet dapt kembali ke kemampuan awalnhya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan latihan-latihan ketangkasan, latihan koordinasi dan latihan reaksi. “Itu fase return to sport. Tiap olahraga berbeda-beda latihannya. Kita sebagai tenaga kesehatan harus tau, karena tidak bisa semua disamakan latihannya.” Tandas dr. Hasan. “Kalau untuk mereka yang hanya melakukan olahraga rekreasi, mungkin yang penting tidak nyeri, bengkak dan kembali ke aktivitas sehari-hari. Kalau mau badminton misalnya, gerak shoulder­­-nya harus bisa enak digerakkan lagi. Tapi kalau sudah atlet professional tidak cukup sampai disitu.”

Yang menarik menurut dr. Hasan selain faktor fisik, rehabilitasi medik juga harus menyentuh sisi psikologis untuk mendapatkan hasil terbaik, khususnya untuk sport injury yang terjadi pada atlet-atlet professional.

  1. Hasan menuturkan, atlet yang mengalami cedera biasanya merasa takut mengalami cedera lagi sehingga menjadi ragu-ragu dan tidak bisa kembali ke level kemampuan sebelumnya. Salah satu caranya adalah dengan tetap berinteraksi dengan klub atau komunitas olahraganya, selama masa recovery. “Diusahakan atlet tersebut harus tetap berinteraksi dengan klubnya, atau teman-temannya. Jangan di rumah atau mess saja,” tandas dr. Hasan. “Memang diberi batasan-batasan untuk aktivitas lari, lompat menendang dan gerakan lainnya. Kita bisa atur program. Tapi interaksi lingkungan itu juga penting.”

Ditambahkan dr. Hasan, khusus penanganan atlet-atlet profesional, dimana Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi (RSOT) Surabaya banyak menjadi rujukan klub klub profesional untuk penanganan sport injury, diperlukan koordinasi antara tim medis di rumah sakit, dengan pelatih atau manajemen klub. Karena menurut dr. Hasan, rumah sakit tidak dapat bekerja sendiri, sebab tujuannya bukan hanya memulihkan cedera, tapi juga bagaimana agar atlet atau pasien dapat return to sport atau kembali pada kemampuan semula, atau bahkan lebih baik dari sebelum terjadinya cedera. “kita tidak menggantikan pelatih, tapi kita bekerja sama. Karena itu juga berkaitan dengan jadwal main, misalnya. Kadang butuh cepat untuk bisa main lagi, kalau misal tidak ada fraktur, komplikasi dan lainnya pastik kita usahakan. Bisa dengan interventional pain management, dll. Tapi semua tergantung diagnosa. Itu sebabnya komunikasi dengan klub sangat penting,” terangnya.

Peralatan lengkap dan canggih di RSOT

Selama ini, RSOT telah menjadi rujukan bagi berbagai kasus sport injury, termasuk berbagai klub  professional seperti Persebaya Surabaya dan berbagai klub lain dari berbagai cabang olahraga.

Selain memiliki dokter-dokter orthopedi dengan sub-spesialisasi sport injury, RSOT juga punya dokter-dokter rehabilitasi medik berpengalaman dan didukung oleh berbagai teknologi dan perlengkapan untuk mendukung proses rehabilitasi medik, termasuk alat-alat electrothermy seperti Ultrasound Iathermy, Short Wave Diathermy, Shock Wave Theraphy, High Intensity Laser, dll. Tak hanya itu, ada juga alat-alat untuk melatih kekuatan, melatih koordinasi, ketangkasan, dll.


dr-Chandra-1200x825.jpg

Meski angkanya tak sebanyak cedera pada lutut dan ankle, dislokasi bahu merupakan salah satu cedera yang cukup banyak terjadi pada olahraga. Masalahnya, cedera ini seringkali disepelekan. Padahal, jika tidak ditangani dengan baik, akan berpotensi mengelami cedera yang sama di masa depan, dengan prosentase berkisar 70%-100%. Atau hampir pasti kan mengalami dislokasi bahu lagi.

Dislokasi bahu merupakan kondisi dimana sendi bola pada lengan atas keluar dari soket bahu. Hal ini dapat terjadi karena adanya trauma dari luar seperti benturan, jatuh dengan tangan menahan badan atau tangan terlentang ke samping, dorongan dari depan atau belakang, dll.

Beberapa olahraga yang cukup riskan terhadap cedera bahu adalah olahraga dengan body contact atau rawan terhadap tabrakan dengn lawan, serta olahraga overhead atau dengan posisi tangan di atas kepala, seperti voli, bulutangkis, basket, renang, dll.

Masalahnya , selama ini masalah dislokasi bahu ini seringkali undertreatment atau sedikit disepelekan, karena dianggap cukup ditangani dengan cara mengembalikan bahu ke posisi semula. Menurtu dr. Gede Chandra, Sp.OT, ada satu yang harus diwaspadai bahwa cedera bahu yang dialami oleh mereka di bawah 20 tahun, memiliki potensi besar untuk mengalami cedera ulang, jika tidak ditangani dengan benar.

“Prosentasenya hingga 70%-100% akan mengalami dislokasi lagi di masa depan. Sebab, bahu pada dasarnya memiliki jaringan yang sangat kuat. Sehingga jika terjadi dislokasi, ada jaringan yang rusak cukup parah pada bahu tersebut, karena pada dasarnya mereka yang berusia muda sendinya masih sangat kuat,” papar dr. Gede. “Kejadian pertama mungkin butuh benturan keras sehingga terjadi dislokasi. Berikutnya mungkin hanya jatuh, sudah dislokasi. Nanti berikutnya, bisa saja menguap dengan tangan direntangkan sudah terjadi dislokasi bahu.”

Sementara itu, dislokasi pada mereka yang berusia di atas 50 tahun dan tidak mendapat penanganan yang baik, akan memunculkan potensi terjadinya dislokasi bahu kembali di masa depan. Risiko berkisar 30%.

Itu sebabnya, dr. Gede sangat menekankan adanya penanganan yang baik pada dislokasi bahu. Apalagi bagi atlet yang memiliki tuntutan intensitas olahraga yang tinggi. “Jadi bukan hanya ditarik dan dikembalikan ke posisi semula, kemudian selesai,” ujar dr. Gede. “Kalau hanya olahraga rekreasional mungkin tidak terlalu mengganggu, tapi potensi untuk dislokasi lagi selalu ada.”

PENANGANAN DENGAN ARTHROSCOPY

Ditekankan oleh dr. Gede, penanganan pada dislokasi bahu pada prinsipnya adalah usaha yang dilakukan oleh dokter orthopedi dengan sub-spesialisasi sport injury untuk memastikan bahwa penderita dapat kembali berolahraga dengan baik dan kompetitif seperti semula, bukan hanya sekedar mengembalikan posisi bahu, namun membuat pasien berolahraga secara baik.

Salah satu penanganan yang dapat diterapkan di RS Orthopedi & Traumatologi (RSOT) Surabaya adalah operasi dengan teknik arthroscopy, yakni operasi minimal invasive dengan luka sayat yang sangat kecil, bahkan kurang dari 1 cm. Teknologi modern ini mengubah paradigma bahwa operasi adalah sesuatu yang menakutkan.

“Penanganan dislokasi bahu bisa dilakukan dengan arthroscopy. Diperbaiki jaringan-jaringan yang robek di sekitar bahu, sehingga bahu bisa utuh seperti semula. Statistiknya bagus. Dari risiko cedera ulang sebesar 70%-100%, bisa turun sampai 4%-20%. Sehingga penanganan arthroscopy memberi harapan yang sangat baik bagi orang-orang yang ingin berolahraga berat pasca dislokasi bahu,” terang dr. Gede. “Arthroscopy dapat mnyelesaikan masalah pada sendi. Selama berhubungan dengan sendi, hampir selalu bisa dengan arthroscopy.”

Selain itu dr. Gede juga menekankan pentingnya rehabilitasi dan kemauan bersabar untung menggunakan bahunya secara bertahap pasca operasi. “Misal untuk satu bulan pertama, gerakan ayunan untuk bahu, berikutnya meningkat lagi, dan seterusnya. Prinsipnya, rehabilitasi bertahap tidak boleh dilupakan.” Ujar dr. Gede. “Orang kadang maunya instan, operasi langsung sembuh. Untuk cedera sendi butuh waktu, karena sendi bagian bergerak, berbeda dengan tilang yang cenderung statis. Jadi cedera pada sendi, termasuk sendi bahu, harus didiamkan sebentar. Atau gerak sedikit dulu baru gerak banyak.” tutup dr. Gede.


download-1200x675.jpg

  1. Pilih Jenis Olahraga yang Tepat

Salah satu cara terbaik untuk menghindari cedera adalah mengetahui kondisi tubuh anda. Usiapun ikut menjadi pertimbangan untuk menentukan olahraga yang sesuai dengan kondisi anda.

  1. Gunakan Peralatan Olahraga yang Tepat

Setiap jenis olahraga memiliki peralatan yang berbeda. Pastikan peralatan sesuai dengan jenis olahraga yang dipilih.

  1. Lakukan Pemanasan dan Pendinginan

Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam pemanasan maupun pendinginan dapat membantu meningkatkan fleksibilitas atau kelenturan otot yang optimal untuk mencegah cedera otot.

  1. Jangan Berlebih

Saat melakukan olahraga, tubuh anda perlu beristirahat. Begitu juga dengan pengaturan waktu anda berolahraga, seberapa intens dan berapa lama durasinya. Tubuh anda bekerja setiap hari, ada baiknya bila rutinitas olahraga anda divariasikan.

  1. Mendapat Bimbingan dari Ahlinya

Bimbingan dan pengawasan dari ahlinya dapat mencegah cedera saat berolahraga, karena mereka bisa membenarkan postur tubuh yang berantakan dan memandu cara pakai alat-alat olahraga agar lebih efektif.

  1. Hubungi Dokter

Bila anda mengalami cedera, pusing, sakit dada, nafas yang tidak normal atau bahkan pingsan segera hubungi dokter anda untuk mendapatkan penanganan dengan segera.


041929500_1535008301-Anda-Kram-Otot-Seperti-yang-Dialami-Anthony-Ginting-Ini-Solusinya-By-Maridav-Shutterstock.jpg

Sebagian besar orang mungkin pernah atau paling tidak familiar dengan istilah kram otot. Apa sebenarnya yang terjadi pada saat kita mengalami kram otot? Apa penyebabnya? Dan bagaimana penanganan yang tepat?

Kram otot merupakan sebuah kondisi dimana otot mengalami kopntraksi kuat atau mengencang dan umumnya terjadi secara tiba-tiba, berlangsung dalam hitungan detik atau menit, dan menimbulkan rasa sakit atau nyeri pada bagian yang mengalami kram.

Kram merupakan salah satu cara tubuh kita untuk berkomunikasi dan memberikan sinyal bahwa kita sedang mengalami situasi kritis atau non-kritis sehingga kita dapat mengambil tindakan pencegahan.

Salah satu hal yang sering menjadi pencetus kram adalah olahraha dengan intensitas yang sangat tinggi atau overused atau tanpa melakukan pemanasan dan pendinginan dengan baik, melakukan gerakan yang salah, dehidrasi, dan kekurangan elektrolit. Selain itu, ada hal-hal lain yang juga bisa menjadi penyebab kram, yakni bertahan dalam posisi tertentu dalam waktu yang cukup lama atau juga bisa disebabkan oleh cuaca panas yang ekstrim. Kram juga bisa jadi merupakan sinyal bahwa tubuh kita sedang kekurangan kalsium atau hipokalsemia. Namun, pada beberapa kasus kram juga tergolong dalam kasus idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya.

Secara medis, kram timbul karena beberapa hal, diantaranya adalah pasokan darah yang tidak memadai, dimana terjadi penyempitan pembuluh darah yang sehingga menganggu distribusi atau aliran darah ke area tertentu. Hal ini umum terjadi pada betis atau kaki ketika sedang melakukan olahraga. itu sebabnya, kram ini biasanya akan hilang setelah berhenti melakukan olahraga.

Selain itu, kram juga disebabkan oleh kompresif tulang saraf di tulang belakang (lumbar stenosis) yang kemudian menyebabkan kram di kaki. Kram jenis ini biasanya akan memburuk ketika kita berjalan dalam waktu yang lama. Dalam kondisi ini, berjalan dalam posisi agak membungkuk seperti gerakan mendorong kereta belanja, dapat meperingan kondisi kram.

PERHATIKAN FAKTOR RESIKO KRAM

Seperti yang telah dijelaskan, kram dapat ditimbulkan oleh bberapa sebab. Namun, di luar itu ada beberapa faktor yang memperkuat risiko terjadinya kram. Yang pertama adalah dehidrasi. Faktor ini seringkali dialami oleh para atlet atau olahragawan yang melakukan olahraga berat dalam waktu yang cukup lama, apalagi dalam cuaca yang panas.

Kedua, faktor usia juga memperbesar risiko terjadinya kram. Hal ini disebabkan karena makin lanjut usia seseorang, maka massa ototnya juga akan semakin lemah. Hal tersebut kemudian menyebabkan otot menjadi lebih mudah mengalami stress dan mempermudah terjadinya kram.

Faktor lain yang memperbesar risiko terjadinya kram otot adalah kehamilan, yang disebabkan oleh beberapa hal, seperti kurangnya supan mineral atau tekanan otot peredaran darah kaki yang menuju jantung dansaraf di sekitar kaki, akibat membesarnya Rahim dan perut. Kram pada ibu hamil juga sering terjadi karena terlalu lama berdiri, atau denga posisi kaki menyilang dalam waktu yang lama.

Faktor keempat yang menjadi faktor risiko terjadinya kram adalah karena kondisi gangguan medis yang serius. Sebab, boleh jadi terjadinya kram juga merupakan sinyal dari tubuh bahwa kita sedang mengalami gangguan kesehatan yang cukup serius, seperti diabetes, gangguan saraf, hati dan tiroid.

PENANGANAN

Pada umumnya, kram bisa bisa diatasi dengan penanganan yang sederhana, utamanya jika kita telah mengetahui faktor risiko dan penyebab kram yang kita alami. Jika kram tersebut disebabkan oleh karena intensitas olahraga yang kita lakukan secara berlebihan, maka langkah penanganan paling mudah adalah berhenti berolahraga dan beristirahat.

Yang juga tak kalah penting adalah bersikap tenang, karena panik dan sibuk menggerak-gerakan bagian tubuh yang kram justru akan membuat otot semakin sakit. setelah tenang, kita dapat melakukan pergangan otot. Jika yang mengalami kram adalah bagian kaki, usahakan untuk meluruskan kaki dalam posisi normal. Jika kram tidak terlalu parah, umumnya otot dapat “menyembuhkan dirinya sendiri”. Pastikan bahwa anda beristirahat dan tidak melanjutkan aktifitas, seperti berjalan atau berolahraga. Biarkan otot-otot beristirahat dan pulih sebelum melakukan aktivitas kembali.

Cara lain yang dapat dilakukan adalah mengompres bagian yang mengalami kram dengan menggunakan air dingin dengan media handuk atau sesuatu yang dingin yang dapt ditempelkan di bagian yang mengalami kram. Bagi yang mengalami kram karena dehidrasi, minum air putih bisa jadi cara yang baik untuk meredakan kram.

Pada kondisi yang serius, kram merupakan sinyal bahwa tubuh mengalami gangguan kesehatan lainnya, kita memerlukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter. Dimana dokter kan menanyakan gejala lain seperti mati rasa, bengkak, dll. Pada umumnya, dokter akan melakukan pemeriksaan tes darah, tes urin dll untuk memastikan penyebab kram yang dialami.


Copyright by Surabaya Orthopedi 2021

WhatsApp Live Chat